Ketika mendengar kata tantrum, hal yang pertama akan muncul di pikiran kita adalah anak kecil yang menangis, menjerit-jerit sambil terduduk di lantai dan berteriak, “Nggak mau! Nggak mau!”.
Tantrum pada anak-anak adalah hal yang lumrah. Ini karena mereka belum tahu cara mengendalikan emosi yang benar serta menyampaikan apa yang mereka inginkan. Namun, ketika kamu mendapati salah satu dari orang di sekelilingmu yang sudah dewasa melakukannya, itu tentu sedikit berbeda.
Lantas, adakah tantrum pada orang dewasa? Jika ada, apa penyebab dan bagaimana ciri-cirinya? Yuk, simak sampai tuntas dalam artikel ini!
Pada orang dewasa, meltdown atau rage attacks (serangan marah yang sangat besar) bisa menyerupai tantrum pada anak-anak. Ini biasanya terjadi ketika seseorang sudah tidak bisa lagi mengatasi ketegangan dan emosi yang menyakitkan. Berbeda dengan anak-anak yang cenderung tantrum ketika mereka menginginkan atau membutuhkan sesuatu.
Lalu, kenapa ini juga disebut tantrum? Tantrum pada orang dewasa maupun anak-anak memiliki kesamaan. Keduanya melibatkan tekanan emosi yang besar, kesulitan untuk mengkomunikasikan emosi dan kesulitan secara interpersonal.
Tantrum pada orang dewasa bisa disebabkan oleh berbagai hal. Apa saja?
Tantrum pada orang dewasa muncul ketika mereka tidak mampu mengatasi atau menyelesaikan frustrasi yang dihadapi. Kesulitan mengatasi hambatan atau masalah tertentu dapat menciptakan tingkat frustrasi yang tinggi, memicu reaksi emosional yang intens. Tantrum mungkin menjadi saluran ekspresi ketidakpuasan dan kesulitan mengelola tekanan.
Tantrum pada orang dewasa juga bisa disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap diri sendiri, di mana individu merasa frustrasi karena tidak mencapai standar atau harapan pribadi. Rasa tidak puas terhadap pencapaian diri dapat memicu respons emosional yang berlebihan, seperti tantrum.
Beberapa masalah pribadi yang dapat memunculkan tekanan atau rasa tidak puas terhadap diri sendiri misalnya adalah lingkungan kerja toxic atau posisi sebagai sandwich generation.
Baca Juga: Insecure dengan Diri Sendiri? Ini Cara Melawannya!
Stres adalah hal yang lumrah kita alami dalam keseharian. Baik stres kerja atau stres karena hubungan, semua bisa terjadi. Pada sebagian orang, stres yang tidak dikelola dengan baik bisa menyebabkan tantrum.
Misalnya saja orang yang sedang tidak baik-baik saja di kantor, memiliki masalah dengan pasangan atau masalah keuangan, akan berusaha melepaskan stresnya dengan cara tantrum. Ketika stres terakumulasi tanpa penanganan yang memadai, individu mungkin kehilangan kendali diri dan bereaksi secara berlebihan.
Baca Juga: Jangan Resign Dulu! Ini 10 Cara Mengatasi Stres Kerja Ini!
Orang dewasa yang kesulitan mengelola emosi mereka mungkin lebih rentan terhadap tantrum. Mereka mungkin memiliki keterbatasan dalam meregulasi emosi, sehingga sulit bagi mereka untuk menangani tekanan dan ketidaknyamanan. Situasi stres atau konflik dapat memicu respons emosional yang berlebihan, manifestasi dari ketidakmampuan mengelola perasaan.
Apakah tantrum termasuk penyakit mental? Tantrum pada orang dewasa sendiri sebenarnya tidak termasuk salah satu dari macam-macam gangguan mental. Tapi beberapa gangguan kesehatan mental, seperti gangguan bipolar, depresi atau gangguan kepribadian, dapat memainkan peran dalam munculnya tantrum pada orang dewasa.
Menurut Dr. Alex Klein, Psy. D., orang dengan masalah autisme juga kerap mengalami meltdown yang mirip dengan tantrum. Meltdown bisa terjadi hampir di semua situasi. Bentuknya bisa berupa tangisan, jeritan atau menghancurkan barang.
Orang dewasa yang kerap mengalami tantrum mungkin merasa tidak diperhatikan atau diabaikan oleh lingkungan sekitar, dan tantrum dapat menjadi cara untuk menarik perhatian atau mengekspresikan ketidakpuasan mereka.
Pengalaman negatif, terutama yang melibatkan kehilangan kendali diri atau penyalahgunaan, dapat menciptakan mekanisme koping yang melibatkan reaksi marah dan impulsif. Trauma tersebut dapat meninggalkan bekas yang memengaruhi kesejahteraan emosional dan mental, memicu respons yang tidak proporsional terhadap situasi saat ini.
Tantrum pada orang dewasa dapat dibedakan menjadi dua cara. Pertama, ada yang sifatnya pasif-agresif. Artinya, mereka menyampaikan rasa marah secara tidak langsung atau tersirat. Dalam situasi seperti ini, mereka mungkin akan memilih menolak bicara dan tidak mau mendengarkan orang lain.
Kedua, dengan cara marah-marah, membentak, menggertak hingga merusak barang-barang di sekelilingnya. Ada juga yang mengancam dengan kekerasan baik secara fisik maupun verbal. Tanda-tanda lain munculnya tantrum juga bisa berupa:
Kebiasaan tantrum, baik yang disebabkan oleh masalah mental lain yang mendasari atau karena kesulitan dalam mengelola emosi, bisa berdampak bagi orang-orang di sekeliling. Seperti apa?
Tantrum orang dewasa dapat merusak hubungan rumah tangga dengan memicu ketegangan dan pertengkaran hingga menjadi masalah rumah tangga berkepanjangan. Hal ini membuat pasangan dan anak merasa tidak nyaman, menurunkan kualitas interaksi, dan mengancam keharmonisan keluarga secara keseluruhan.
Tantrum orang dewasa dapat merugikan performa kerja dengan menurunkan produktivitas, menghambat pengambilan keputusan perusahaan, menciptakan ketidaknyamanan di lingkungan kerja, dan mengurangi kerjasama tim. Rekan kerja mungkin kehilangan fokus, enggan berinteraksi, dan atmosfer kerja dapat menjadi toksik akibat dari perilaku tantrum yang tidak terkendali.
Baca Juga: Dijamin Naikkan KPI, Ini Dia Cara Meningkatkan Kinerja Karyawan!
Tantrum orang dewasa dapat menyebabkan isolasi sosial karena perilaku impulsif dan konfrontatif mereka membuat orang lain menghindari interaksi. Ketakutan akan konfrontasi atau ketidaknyamanan dapat memisahkan individu yang sering mengalami tantrum dari lingkungan sosial mereka.
Baca Juga: Merasa Sepi di Tempat Ramai? Pahami Perasaan Kesepian!
Tantrum orang dewasa dapat merugikan diri sendiri dengan merusak citra diri di mata orang lain. Reaksi impulsif dapat menimbulkan perasaan bersalah, malu, dan kesal, merugikan kesejahteraan emosional mereka setelah emosi mereda.
Tantrum yang berulang dapat membentuk pola perilaku negatif. Mereka cenderung mengandalkan tantrum sebagai strategi penyelesaian masalah, meskipun tidak efektif. Ini menciptakan lingkaran yang merugikan, menghambat kemampuan mereka untuk mengatasi konflik atau stres dengan cara yang lebih dewasa dan konstruktif.
Bagi kamu yang memiliki masalah tantrum yang tidak terkendali setelah dewasa, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengelola emosi dan menghindari tantrum yakni:
Kamu mungkin tidak tahu dengan pasti kapan kamu akan mengalami serangan kemarahan yang menyebabkan tantrum. Namun, mengetahui jenis situasi seperti apa yang cenderung membuatmu marah atau kesal bisa membantumu menemukan strategi untuk mencegah ledakan emosi.
Mulailah dengan membuat daftar situasi ketika kamu kehilangan kendali di masa lalu, atau melacak ledakan emosi selama beberapa minggu untuk mengidentifikasi pola apa saja yang mungkin muncul. Dengan cara ini, kamu bisa lebih mengenali emosi dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Melakukan latihan pernapasan dalam merupakan cara efektif untuk mengelola emosi dan menurunkan stres. Pernapasan dalam memicu respons relaksasi fisik, mengurangi ketegangan, dan membantu individu mengatasi tekanan emosional. Dengan fokus pada pernapasan, seseorang dapat menciptakan ruang untuk refleksi dan mengendalikan reaksi emosional, memungkinkan mereka untuk menghadapi situasi dengan lebih tenang dan penuh kesadaran.
Ketika kamu merasa emosional, memberi dirimu kesempatan untuk meredakan diri dapat mencegah situasi memburuk. Ini menciptakan ruang bagi dirimu untuk memproses emosi tanpa tekanan eksternal. Ketika kamu memiliki waktu untuk menenangkan diri, akan lebih mungkin bagi dirimu untuk dapat mengatasi emosi dengan lebih baik saat berinteraksi kembali, mengurangi risiko munculnya tantrum.
Hindari menyalahkan orang lain dan alihkan perhatian pada pencarian solusi. Identifikasi akar masalah tantrum dan cari solusi bersama secara konstruktif. Mengadopsi sikap pemecahan masalah membantu meredakan frustrasi dan mencegah ledakan emosional. Ini memungkinkan pengembangan keterampilan pemecahan masalah yang lebih baik dan menciptakan lingkungan di mana konflik dapat diatasi dengan cara yang lebih damai.
Jika tantrum terkait dengan masalah yang kompleks seperti trauma atau kesehatan mental, penting untuk mencari bantuan profesional melalui konseling atau terapi. Ini memberikan wadah aman untuk memahami dan mengatasi akar penyebabnya, membantu dalam pengembangan strategi pengelolaan emosi yang sehat, dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk pertumbuhan pribadi.
Baca Juga: Ke Psikolog Ga Selalu Mahal! Ini Daftar Biaya Konsultasi Psikologi!
Grome sebagai penyedia layanan konseling online, siap membantumu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan kesulitan pengelolaan emosi. Hubungi kami sekarang juga!
Ditulis oleh
Friyanka K