Kamu mungkin pernah mendengar istilah sandwich generation. Bukan nama makanan, sandwich generation merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan posisi seseorang yang ‘terjepit dari atas dan bawah’. Apa itu sandwich generation? Sejak kapan istilah ini muncul?
Dalam artikel ini kita tidak hanya akan membahas mengenai pengertian, tapi juga tipe sandwich generation, penyebab dan dampak sandwich generation. Mari kita pahami dengan baik fenomena ini agar generasi kita di masa depan tidak terjebak dalam kondisi yang sama.
Istilah sandwich generation mengacu kepada orang dewasa dan paruh baya (biasanya dalam rentang 30-50 tahun yang mengurus anak-anak mereka dan orang tua mereka yang berusia lanjut di satu waktu yang sama. Situasi mereka yang terjepit antara orang tua dan anak-anak membuat mereka disebut sebagai sandwich generation.
Istilah sandwich generation pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy Miller dan Elaine Brody pada tahun 1981. Saat itu, banyak wanita usia subur memiliki anak kecil dan di saat yang sama orang tua mereka semakin lemah dan sakit. Di awal abad ke-20 misalnya, banyak wanita yang melahirkan di usia muda (awal 20-an) ketika orang tuanya tidak membutuhkan perawatan khusus karena masih berusia 40 tahunan.Sandwich generation ada beberapa jenis. Simak penjelasannya sebagai berikut:
Tipe sandwich generation ini merujuk kepada orang-orang yang mengurus orang tua mereka yang memerlukan bantuan, sekaligus merawat anak-anak mereka sendiri.
Sandwich generation jenis ini terdiri dari orang-orang yang berusia antara 50-60 tahunan yang mengurus orang tua mereka yang sudah lansia, anak-anak mereka yang sudah dewasa dan bahkan cucu-cucu mereka.
Kategori ini merujuk kepada siapa saja yang terlibat mengurus orang-orang dewasa atau lansia yang ada di dalam keluarga atau lingkungannya.
Fenomena sandwich generation ini terjadi karena berbagai faktor. Apa saja penyebab sandwich generation ini?
Perubahan budaya dan kondisi ekonomi telah mendorong individu untuk menunda pernikahan dan keputusan memiliki anak. Akibatnya, saat mereka membentuk keluarga, orang tua mereka sudah memasuki usia lanjut. Hal ini memicu peran ganda yang membuat mereka harus menyokong anak-anak mereka sendiri dan di saat yang sama juga harus merawat orang tua mereka.
Penuaan membawa tantangan kesehatan tersendiri. Ketika orang tua telah berusia lanjut dan memiliki masalah kesehatan tertentu, mereka membutuhkan perawatan ekstra. Ini membuat generasi sandwich berada di persimpangan antara karier, keluarga dan tanggung jawab terhadap orang tua yang semakin bergantung pada bantuan mereka. Ini melahirkan ketidakseimbangan dan stres yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketidaksetaraan dalam pembagian tanggung jawab keluarga bisa meningkatkan beban bagi individu yang mendapatkan tugas merawat orang tua. Kurangnya dukungan dari saudara kandung ini akan membuat satu anggota keluarga merasa terisolasi dan bertanggung jawab penuh. Ini akan memberikan beban dan dimensi emosional tambahan yang akan membuatnya kesulitan.
Orang-orang yang menjadi sandwich generation berada di persimpangan antar tugas mencari nafkah, merawat orang tua dan mendidik anak-anak mereka sendiri. Ada tantangan emosional, finansial maupun fisik yang harus dihadapi. Beberapa dampak tersebut adalah:
Merawat orang tua yang sudah berusia lanjut dan di saat yang sama juga harus memenuhi kebutuhan anak-anak akan menimbulkan tekanan emosional yang tinggi. Ketidakpastian masa depan dan tuntutan akan peran ganda ini bisa menyebabkan orang yang mengalaminya stres berkepanjangan.
Tidak hanya membesarkan anak-anak, merawat orang tua terutama orang tua yang sedang sakit tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Ini bisa menurunkan stabilitas keuangan bagi generasi sandwich.
Karena harus memposisikan diri sebagai orang tua, anak dan tenaga profesional di lingkungan kerja sekaligus, orang-orang yang berstatus sandwich generation akan mengalami kebingungan terkait peran mereka dalam masyarakat.
Karena harus membagi waktu dan tenaga untuk mendidik anak sekaligus merawat orang tua, generasi sandwich bisa mengalami burnout. Ini bisa berdampak negatif pada hubungan keluarga dan kesejahteraan pribadi mereka.
Karena kesulitan mengatur waktu, tenaga, bahkan emosi, banyak generasi sandwich yang juga mengalami kesulitan di dunia kerja. Terutama yang berhubungan dengan peningkatan karier. Mereka cenderung sulit meraih prestasi yang besar dalam pekerjaan karena fokus dan waktu yang terbagi.
Baca juga: Jangan Resign Dulu! Coba 10 Cara Mengatasi Stres Kerja Ini
Bagi kamu yang berada dalam posisi sandwich generation, tidak perlu merasa sendiri. Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi tantangan ini.
Meskipun kamu bertugas untuk mengurus orang tua dan anak-anakmu, jangan sampai kamu membiarkan dirimu melakukan semuanya sendiri. Minta bantuan pada orang-orang di sekitarmu baik itu saudara, teman atau bahkan anak-anakmu sendiri. Delegasikan tugas yang bisa didelegasikan agar kamu tidak stres sendirian.
Jika kondisi keuanganmu memungkinkan, kamu bisa menyewa jasa tenaga perawat. Baik itu untuk mengurus orang tuamu yang sakit atau untuk menjaga anak-anakmu yang masih kecil. Ini akan membantu meringankan banyak tugasmu.
Orang-orang di sekitarmu harus tahu seperti apa posisimu. Tidak hanya keluarga, kamu bisa membicarakan situasimu pada bosmu di kantor (jika memungkinkan). Mereka mungkin akan memberimu sejumlah keringanan misalnya dengan waktu kerja yang fleksibel dan beragam opsi lain.
Jika kondisimu sebagai sandwich generation terasa semakin berat dan dampak sandwich generation yang kamu alami membuatmu kesulitan, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan tenaga profesional. Mereka akan memberimu sejumlah saran untuk memperbaiki masalah emosionalmu dan memberikan dukungan agar kamu lebih kuat menjalani situasimu.
Baca Juga: Ke Psikolog Ga Selalu Mahal! Ini Daftar Biaya Konsultasi Psikolog!
Butuh layanan konseling online dari psikolog? Langsung saja hubungi Grome! Kami memiliki tenaga profesional kesehatan mental yang siap membantumu. Cek info lengkapnya di sini.
Ditulis oleh
Friyanka K