Parno atau paranoid adalah istilah yang mungkin pernah kamu dengar atau kamu gunakan dalam keseharian. Biasanya hanya dalam konteks yang sederhana seperti saat kamu merasa khawatir atau cemas dengan hasil wawancara kerja atau hal-hal lain. Meskipun konteksnya sama-sama cemas, paranoid artinya ternyata lebih dari sekadar cemas.
Menurut dr. Rizal Fadli, paranoid adalah salah satu dari gangguan kepribadian kelompok A. Apa sebenarnya paranoid ini? Apakah gangguan kepribadian ini berbahaya? Apa pula perbedaan paranoid dengan paranoia? Agar kamu tidak bingung, simak pembahasan lengkapnya berikut ini!
Paranoid adalah gangguan psikologi ketika seseorang merasa bahwa dirinya sedang dalam situasi terancam, padahal tidak ada bukti atau hanya ada sedikit bukti bahwa dirinya memang terancam. Pikiran paranoid juga bisa digambarkan sebagai bentuk delusi.
Pikiran paranoid juga bisa berupa kecurigaan yang berlebihan. Contoh paranoid misalnya, seseorang pernah melontarkan komentar buruk kepadamu. Ketika orang tersebut berkomentar lagi, kamu merasa yakin bahwa kata-kata kebencian itu dilontarkan kepadamu (meski sebenarnya tidak).
Orang dengan masalah paranoid biasanya tidak merasa ada yang salah dengan dirinya. Namun, karena perasaan terancam, curiga dan tidak percaya yang berlangsung terus-menerus, mereka akan kesulitan untuk menjalani aktivitas sosialnya dengan normal, termasuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain.
Paranoid atau gangguan kepribadian paranoid dapat dikaitkan atau diasosiasikan dengan setidaknya 3 kondisi utama, yaitu:
Paranoid bisa berbahaya karena delusi dan kepercayaan tidak beralasan yang dimiliki oleh penderitanya bisa berpotensi membuatnya menyerang orang lain. Ini juga bisa membahayakan diri penderitanya sendiri.
Penyebab paranoid sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, kemungkinan besar ini disebabkan oleh kombinasi faktor biologis dan psikologis. Faktanya, paranoid lebih sering terjadi pada orang yang memiliki keluarga dekat dengan masalah skizofrenia. Ini menunjukkan bahwa ada kaitan secara genetik antara kedua masalah ini.
Selain itu, pengalaman masa kanak-kanak termasuk trauma fisik dan emosional juga diduga berperan dalam perkembangan gangguan kepribadian paranoid dalam diri seseorang. Misalnya saja orang tua yang kasar, suka mendidik dengan ancaman serta merendahkan anak-anaknya.
Selain beberapa faktor di atas, penyalahgunaan obat-obatan terlarang yang bersifat stimulant dan halusinogen (membuat pemakainya berhalusinasi) juga bisa membuat seseorang mengalami gangguan paranoid dalam waktu singkat. Begitu obat sudah tidak berpengaruh lagi, biasanya paranoid juga akan hilang dengan sendirinya.
Konsumsi alkohol dalam jumlah banyak dan terus menerus juga bisa memicu munculnya gejala paranoid jangka pendek. Dalam jangka panjang, ini dapat menyebabkan paranoid terus menerus bahkan membuat penderitanya berhalusinasi.
Ciri-ciri orang paranoid yang paling umum adalah mereka selalu waspada dan percaya bahwa ada orang lain yang terus-menerus berusaha merendahkan, menyakiti atau mengancam mereka.
Menurut Smitha Bhandari, MD, keyakinan dan kepercayaan yang tidak berdasar ini akan membuat mereka sulit memercayai orang lain. Pada akhirnya, ini akan mengganggu kemampuan mereka dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Orang dengan kelainan ini akan:
Perlu diketahui bahwa paranoid merupakan gangguan kepribadian yang tidak bisa didiagnosis sendiri. Hanya karena kamu menemukan bahwa kamu memiliki salah satu dari gejala di atas, bukan berarti kamu bisa memvonis bahwa dirimu mengalami gangguan kepribadian paranoid. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan bantuan dokter atau psikolog.
Untuk mendiagnosis gangguan kepribadian paranoid, dokter akan merekomendasikan evaluasi psikologis yang mencakup penilaian pola pikir, perilaku, dan perasaan pengidap. Informasi diperoleh melalui wawancara langsung atau kuesioner untuk memahami lebih lanjut mengenai kondisi dan pengalaman individu tersebut.
Pemeriksaan fisik juga dibutuhkan untuk menentukan apakah gangguan kepribadian pengidap terkait dengan masalah kesehatan fisik. Dokter dapat menanyakan gejala yang dirasakan pengidap atau melakukan tes darah di laboratorium sebagai bagian dari proses diagnostik.
Selain itu, pemeriksaan tingkat alkohol atau penggunaan obat-obatan terlarang diperlukan untuk memastikan apakah gangguan kepribadian pengidap terkait dengan substansi tersebut. Ini karena kemungkinan pengidap mengalami kecanduan alkohol, yang bisa menjadi faktor pemicu munculnya sejumlah gejala gangguan kepribadian paranoid.
Orang dengan gangguan kepribadian paranoid biasanya tidak mencari penanganan atau pengobatan sendiri karena mereka tidak merasa dirinya bermasalah. Jika kamu memiliki orang terdekat yang dicurigai memiliki masalah paranoid, psikoterapi (salah satu bentuk konseling) bisa dijadikan pilihan pengobatan.
Perawatan secara umum akan berfokus pada pada peningkatan keterampilan mengatasi masalah secara umum, serta peningkatan interaksi sosial, komunikasi, dan harga diri.
Sampai saat ini, tidak ada obat yang disetujui secara khusus oleh FDA (Food Drug Administration) untuk menangani gangguan kepribadian paranoid. Namun, obat antipsikotik atau antidepresan bisa diberikan untuk mengatasi kondisi kesehatan mental yang muncul secara bersamaan dan mungkin berperan dalam menyebabkan gejala paranoid.
Orang dengan paranoia sering dirujuk untuk psikoterapi. Ada banyak jenis psikoterapi, tetapi terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) telah terbukti efektif dalam mengatasi gejala paranoia yang menyebar luas.
Ketika menjalani psikoterapi seperti CBT, tantangan utama dalam pengobatan gangguan kepribadian paranoid adalah ketidakpercayaan yang kuat terhadap orang lain. Hal ini mempengaruhi keterlibatan penderita dalam pengobatan, sehingga banyak dari mereka tidak mengikuti rencana perawatan yang direkomendasikan.
Karena paranoid memengaruhi hubungan antara pasangan dan keluarga, keterlibatan pasangan atau keluarga dalam terapi mungkin direkomendasikan. Namun, ini tetap tergantung pada masing-masing kasus.
Gejala dan perasaan paranoid juga dapat dibantu dengan melakukan beberapa modifikasi gaya hidup. Hal ini dapat berperan sebagai terapi tambahan, namun bukan sebagai pengganti utama pengobatan gangguan paranoid. Perubahan gaya hidup yang direkomendasikan mencakup:
Jika kamu mengalami paranoid, mungkin ada konflik antara keinginan untuk memulihkan hubungan dan pikiran paranoid serta ketidakpercayaan terhadap orang lain. Dokter atau terapis dapat merekomendasikan perubahan gaya hidup, psikoterapi, atau pengobatan yang disesuaikan.
Membangun kepercayaan dengan profesional kesehatan mungkin memerlukan waktu. Perubahan gaya hidup seperti menjaga tidur, melatih kesadaran, dan menghindari substansi berbahaya (seperti obat-obatan terlarang) dapat membantu mengelola gejala.
Menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain dapat menjadi tantangan, tetapi berkomunikasi secara jujur dan fokus pada fakta dapat membantu mengatasi hambatan tersebut.
Meskipun tidak bisa menyembuhkan total, penanganan dari tenaga ahli bisa membantu mengelola gejala yang ada sehingga penderita bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih mudah.
Itu dia beberapa hal yang perlu kamu ketahui terkait gangguan kepribadian paranoid. Jika kamu atau orang di sekitarmu ada yang mengalami masalah paranoid atau macam-macam gangguan mental lainnya, jangan ragu untuk menghubungi tenaga medis profesional.
Jika kamu khawatir dengan biaya konsultasi psikolog yang harus dikeluarkan, kamu bisa melakukannya lewat sesi layanan konseling online di Grome. Kami memiliki tenaga psikolog profesional yang ahli di berbagai bidang dan bisa membantumu mengatasi berbagai persoalan yang berkaitan dengan kesehatan mental.
Ingat, kesehatan mental juga sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Konsultasikan masalahmu sekarang juga hanya kepada Grome. Rahasia terjamin aman!
Ditulis oleh
Friyanka K