Apa itu narsistik? Mungkin pertanyaan tersebut muncul begitu kamu melihat judul di atas. Memiliki rasa percaya diri adalah hal yang positif, namun ketika kepercayaan diri tersebut melampaui batas, perlu diperhatikan. Kondisi semacam ini dapat menjadi pertanda dari gangguan kesehatan mental yang dikenal sebagai Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik dalam ranah ilmu psikologi.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa informasi kunci terkait NPD, seperti definisi narsistik, faktor-faktor penyebab yang mendasarinya, dan berbagai jenisnya. Mari kita eksplorasi lebih lanjut untuk memahami lebih baik mengenai kompleksitas dari gangguan kepribadian narsistik. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Gangguan kepribadian narsistik, atau yang lebih dikenal sebagai narsistik, merupakan salah satu bentuk gangguan mental di mana individu yang terkena cenderung merasa sangat penting dan senang memuji diri sendiri. Mereka selalu berusaha mencari pengakuan dari orang lain, seringkali kurang memiliki rasa empati, dan memandang rendah pada kepentingan orang lain, terlanjur terperangkap dalam pandangan bahwa mereka lebih utama. Oleh karena itu, mereka sering kali diidentifikasi sebagai individu yang egois.
Penting untuk diingat bahwa penggunaan istilah "narsis" dalam konteks sehari-hari, seperti untuk mereka yang suka ber-selfie, tidak selalu mencerminkan gangguan kepribadian narsistik secara klinis. Adalah penting untuk memahami perbedaan antara narsisme dalam arti umum dan kepribadian narsistik.
Untuk lebih memahami perbedaan tersebut, kita perlu mengetahui asal-usul kata "narsis." Dalam mitologi Yunani kuno, terdapat cerita tentang seorang pemuda bernama Narcissus yang terkenal karena kegantengannya. Suatu hari, Narcissus pergi untuk melihat bayangannya di permukaan sungai. Ketika melihat pantulannya di air, dia menjadi terobsesi dengan keindahannya sendiri hingga akhirnya jatuh dan tenggelam dalam sungai. Mitos ini menjadi dasar penyebutan "narsis" atau "narsistik" untuk menggambarkan seseorang yang terlalu terpaku pada dirinya sendiri.
Seiring dengan perkembangan ilmu psikologi, psikolog Sigmund Freud menggunakan istilah "narsisme" untuk mendeskripsikan dorongan alami manusia untuk mencintai dan memperhatikan diri sendiri. Namun, seiring waktu, konsep ini berkembang menjadi dua entitas yang berbeda: narsisme sebagai sifat manusia umum, dan kepribadian narsistik sebagai gangguan mental khusus.
Ciri-ciri individu narsistik melibatkan dorongan yang berlebihan untuk mendapatkan pengakuan dan pujian. Mereka mudah merasa kecewa, stres, bahkan depresi ketika ekspektasi pujian mereka tidak terpenuhi. Selain itu, perilaku manipulatif dalam interaksi sosial juga sering terlihat pada individu dengan kepribadian narsistik. Dengan demikian, perbedaan antara narsisme dan kepribadian narsistik adalah sejauh mana karakteristik ini mengganggu kehidupan sehari-hari dan kesehatan mental seseorang.
Seperti halnya gangguan mental lainnya, penyebab narsistik belum dapat dipastikan dan sangat kompleks. Ada faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi pemicu seseorang mengalami gangguan kepribadian ini. Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin terlibat:
Faktor genetik dapat memainkan peran dalam mewariskan kerentanan seseorang terhadap gangguan kepribadian ini. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat narsistik memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa.
Pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan, seperti trauma atau pengabaian, dapat memicu NPD. Ketidakcukupan perhatian atau pujian pada masa anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri dan kesehatan mental yang tidak sehat, mendorong seseorang untuk mencari perhatian secara berlebihan.
Budaya yang mendorong individualisme berlebihan atau persaingan yang memicu perasaan superioritas dapat berkontribusi pada terjadinya NPD. Tekanan sosial dan lingkungan yang mendorong pencapaian tanpa batas juga dapat memicu perilaku narsistik.
Pola asuh orang tua, baik yang berlebihan memuji atau kurang memberikan batasan pada perilaku anak-anaknya, dapat memainkan peran dalam perkembangan NPD. Keluarga yang mengabaikan ekspresi emosi atau merendahkan kepercayaan diri anak-anaknya juga dapat berkontribusi pada kondisi ini.
Perasaan subjektif, di mana individu merasa menjadi orang yang sempurna, dapat menjadi pemicu NPD. Hal ini menyebabkan mereka hidup dalam keasyikan berfantasi akan kekuatan, kecemerlangan, kecantikan, atau keberhasilan yang tidak terbatas.
Ketika seseorang terisolasi dalam dunianya sendiri dan lebih memprioritaskan kepentingan pribadinya, hal ini dapat menyebabkan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan sosial. Mereka cenderung mengabaikan kritik dari lingkungan sosial karena meyakini bahwa pandangan mereka yang paling benar.
Gangguan kepribadian narsistik terbagi menjadi dua jenis utama: adaptive narcissism dan maladaptive narcissism. Namun, apa perbedaannya?
Adaptive narcissism merujuk pada keadaan seseorang dengan gangguan narsistik yang cenderung memiliki karakter positif. Individu ini menggunakan kecakapan dan kepercayaan dirinya untuk membantu orang lain, menetapkan ambisi tinggi dalam pekerjaan, atau menikmati hubungan yang memuaskan tanpa bergantung secara berlebihan pada pasangan.
Sebaliknya, maladaptive narcissism menggambarkan karakter yang cenderung toksik, di mana individu memiliki keinginan untuk mengeksploitasi orang lain. Maladaptive narcissism terbagi menjadi lima tipe berbeda:
Tipe narsistik ini paling umum, dengan individu yang memiliki gambaran diri sangat positif, merasa istimewa, dan cenderung mencari pengakuan berlebihan. Mereka sering meremehkan orang lain.
Tipe ini mencakup individu yang, meskipun memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sebenarnya rentan terhadap kritik dan memiliki kerentanan emosional. Mereka sering merasa takut akan penolakan.
Narsistik tipe ini mencari pengakuan dengan membantu orang lain atau terlibat dalam tindakan sosial yang dianggap baik. Mereka berusaha mendapatkan perhatian dengan menjadi "orang baik" dalam masyarakat.
Sebaliknya dengan communal narcissism, antagonistic narcissism melihat interaksi sosial sebagai persaingan. Mereka cenderung memandang segala sesuatu dalam prisma kemenangan atau kekalahan, menjadikan mereka agresif dan tidak ramah.
Malignant narcissism adalah tipe narsistik yang lebih ekstrem. Individu dengan gangguan ini dapat menunjukkan perilaku agresif, paranoid, dan sadis; melakukan manipulasi sosial, menyimpan kebencian, dan mengejar kekuasaan dengan cara yang merugikan orang lain.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, pemahaman terhadap gangguan kepribadian narsistik menjadi kunci untuk menghadapi tantangan yang mungkin muncul. Dengan mengetahui asal-usul, perbedaan narsisme dan narsistik, hingga jenis-jenisnya, kita dapat lebih bijak dalam mendekati individu yang mungkin terkena dampak kondisi ini. Penting untuk diingat bahwa narsistik termasuk dalam kategori red flag yang dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan hubungan sosial seseorang.
Ditulis oleh
Friyanka K