“Cowok nggak boleh nangis”
“Masa cowok kelihatan lemah?”
“Kalo sedih jangan sampe kelihatan, cowok harus kuat”
Gromers, sadar gak kalau ternyata omongan kayak gini yang bisa bikin para laki-laki tertekan dan ngalamin yang namanya mental overload? Ya, mental overload adalah sebuah kondisi dimana seseorang mengalami tekanan mental yang berlebihan sehingga ia kewalahan atau bahkan tidak bisa berfungsi dalam kehidupan sehari-hari akibat tuntutan hidup, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun kehidupan pribadi.
Kenapa mental overload bisa terjadi dan rentan dihadapi oleh laki-laki dibanding perempuan?
Seperti yang sudah disebutkan diatas juga, ada terbentuk sebuah budaya universal — tak terkecuali di Indonesia — yang menuntut laki-laki harus terlihat selalu tegar, kuat, dan dapat diandalkan. Ketika mereka menunjukkan emosi yang diidentikan dengan emosi yang tidak “maskulin” seperti sedih, kecewa, dan menangis, maka mereka seperti melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai atau budaya di masyarakat. Di kalangan anak muda, perilaku seperti ini disebut sebagai toxic masculinity.
Inilah yang akhirnya menekan para laki-laki untuk menahan emosi, membiarkannya mengendap, sampai akhirnya menumpuk. Kalau bisa dianalogikan, bayangkan kamu berada dalam sebuah ruang kosong. Setiap hari, ruangan itu kamu isi dengan satu perabotan. Semakin lama, ruangan tersebut akan penuh. Ruangannya tidak membesar, tapi barang di dalamnya terus bertambah. Perlahan, kamu akan mulai sulit bergerak karena menghindari tertabrak dan memecahkan atau merusak barang-barang tersebut. Ruang gerakmu lama-lama menyempit. Perlahan, kamu akan kesulitan untuk menuju pintu. Lama kelamaan kamu mulai sulit bernapas tapi kamu gak bisa mengeluarkan barang di dalamnya, bisa jadi karena malu, barangnya kurang bagus, atau nggak tahu harus ditaruh di mana.
Itulah yang akan terjadi ketika seseorang dilarang untuk mengekspresikan emosinya. Setiap emosi yang tidak kita pahami, diterima, dan dikelola dengan tidak sehat, maka semakin lama akan membuat seseorang, khususnya laki-laki, terbatas ruang geraknya. Sama seperti barang yang nggak tahu harus diapain, emosi yang terpendam juga jadi menumpuk tanpa arti. Bila tidak segera ditangani, mental overload akan menimbulkan gangguan kesehatan mental yang lebih kompleks.