Slow Living : Hidup bebas cemas yang jadi tujuan Gen-Z
slow-living--hidup-bebas-cemas-yang-jadi-tujuan-gen-z

Slow Living : Hidup bebas cemas yang jadi tujuan Gen-Z

Hidup di era modern saat ini, kita dituntut untuk serba cepat dan sibuk. Sehari-hari berjalan dengan sangat cepat, sampai terkadang kita gak sadar kalau hari sudah malam. Rasanya waktu cuma tersisa untuk istirahat sejenak (itu pun kalau sempat), lalu harus bangun lagi untuk beraktivitas. Bangun, berangkat aktivitas, kerja atau belajar, pulang, lanjut kerja, makan, tidur. Begitu terus.

Kalau dibayangin harus melakukan rutinitas ini sampai tua, kok berat ya? Cuma mau menikmati hidup kok perjuangannya harus segininya, ya. Gak cuma berat, tapi juga terasa panjang. Mau berhenti? Tapi usia orang tua makin tua, teman-teman udah duluan sukses, dan mimpi masa kecil belum kesampaian. Sampai kadang terpikir “Buat apa sih kayak gini?”



Di tengah rasa lelah dan kejenuhan itu, banyak anak muda mulai mempertanyakan: “Apa benar, hidup ideal itu harus terus dikejar ke atas?” Saat ini, kayaknya yang jadi tujuan hidup anak muda bukan lagi tinggal di apartemen mewah, punya mobil sport bagus yang harganya miliaran, atau uang gak berseri. Tapi justru bisa hidup nyaman di desa kecil—punya rumah sederhana dengan tanah luas untuk kebun atau sawah, sehari-hari ngurus ternak yang hasilnya dijual ke pasar, lalu ngopi pagi-pagi sambil memandangi hamparan sawah dan gunung dengan udara segar. Di masa tua, kita cuma pengen ngerasain yang namanya slow living, gak diburu-buru, gak dituntut, gak dikasih deadline.

Kalau untuk hidup nyaman di masa tua itu gak cukup dicapai dengan gaji 1 pekerjaan, maka 2-3 pekerjaan pun rela dijalanin. Kalo buat mencapai hidup tenang di desa kecil sambil ngurus ternak itu kita harus kerja mati-matian dulu, itupun akan kita lakukan.



Kabar baiknya, slow living itu gak harus nunggu tua. Kamu bisa mulai sekarang—dari hal-hal kecil. Dengan mindfulness, kita belajar untuk hadir sepenuhnya di saat ini. Bukan sibuk memikirkan deadline kemarin, kekhawatiran masa depan, atau penyesalan yang sudah lewat. Tapi benar-benar sadar sama apa yang ada di depan mata.

Coba mulai terapkan hal-hal ini supaya rutinitasmu gak lagi hanya sekedar lewat, tapi bisa dinikmati:

Sarapan tanpa buka laptop. Nikmati rasanya makanan, aroma teh atau kopi kamu. Rasakan teksturnya, jangan terburu-buru dan usahakan untuk tidak terdistraksi

Jalan pagi tanpa headset. Dengar suara burung, kendaraan, anak-anak main, atau tukang sayur lewat. Rasakan angin pagi dan hirup udara dalam-dalam.
 
Tidur cukup dan tenang. Bukan sambil mikirin kerjaan besok pagi, tapi fokus ke nafasmu, suara kipas angin, wangi bantal, dan tekstur kasurmu.

Bisa kok hidup tenang dari sekarang. Kamu untuk berhenti sejenak dan menikmati hidup yang sedang kamu jalani—sekarang, bukan nanti. Yuk, mulai pelan-pelan. Karena hidup bebas cemas bisa kamu mulai dari langkah kecil dengan EASE : Embrace Anxiety, Sadari Emosi. Rasakan manfaatnya di sini sekarang!

Ditulis oleh

Maria Grace, S.Psi