Kerja Bebas, Bebas Stres: Tips Menjaga Kesehatan Mental di Era Gig Economy
kerja-bebas-bebas-stres-tips-menjaga-kesehatan-mental-di-era-gig-economy-

Kerja Bebas, Bebas Stres: Tips Menjaga Kesehatan Mental di Era Gig Economy


Gromers familiar gak sama istilah “gig economy”? Atau mungkin lebih familiar dengan istilah freelancer? Nah, freelancer adalah bagian dari gig economy. Pada era digital ini, terutama setelah pandemi COVID-19, fenomena gig economy semakin meluas dan diminati oleh masyarakat. Fleksibilitas dan independesi yang ditawarkan oleh gig economy ini menjadi nilai plus yang menarik. Hanya saja, dibalik efisiensi yang ditawarkan, kesehatan mental sering terluput dari perhatian pada gig workers. Memangnya, seperti apa sih dunia gig economy ini dan bagaimana caranya agar kesehatan mental tetap terjaga? Simak artikel ini sampai habis karena kita akan bahas tipsnya!

Apa itu gig economy?

Gig economy adalah sistem pasar atau ekonomi yang dimana orang dapat bekerja secara bebas, independen, dan fleksibel. Kata gig economy sendiri diadaptasi dari istilah yang digunakan oleh para musisi, dimana mereka menyewa atau tampil di “gigs” yaitu kependekan dari engagements atau acara-acara festival di berbagai lokasi. Hal ini berarti, gig economy mengarah pada pekerja yang bekerja berdasarkan proyek (freelancer) atau paruh waktu (part-time) atau pekerja dengan kontrak sementara (temporary) atau bekerja sendiri (self-employed). Gig economy menawarkan opsi kerja remote (tanpa harus ke kantor) dan work from home (kerja dari rumah) dengan memanfaatkan teknologi komunikasi. 




Kenapa pilih gig economy? 

Apa yang menjadikan gig economy menarik? Tentunya fleksibilitas dan independesi. Para gig workers yang memilih jalan ini merasakan berbagai keuntungan didalamnya. Sebuah wawancara dilakukan oleh Harvard Business Review pada 65 orang gig workers menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa dengan menjalani gig economy, mereka menjadi lebih berani, menjalani hidup yang mengarah pada kemakmuran, baik secara finansial maupun secara mental, yaitu dalam bentuk aktualisasi diri yang mendalam. Mereka dapat memilih pekerjaan yang mereka suka dan sesuai dengan minat, bekerja sesuai ritme sendiri, merasa memiliki kepemilikan dan keterikatan secara emosional dengan karya mereka yang membuat mereka merasa lebih penuh. Terakhir, menjadi gig worker memungkinkan pelakunya berlibur sambil bekerja, pastinya di tempat yang ada internet ya. 


Bukan hanya bagi gig workers yang merasakan keuntungannya, sistem ini menjadi keuntungan juga bagi para penyedia pekerjaan atau perusahaan. Mereka bisa menjangkau berbagai macam tipe pekerja karena adanya opsi work from home sehingga perusahaan bisa juga memperkerjakan pekerja dari mana saja. Tidak adanya kontrak kerja yang permanen membuat perusahaan lebih leluasa menjalin ataupun menghentikan kerja sama dan perusahaan juga tidak perlu terbeban dengan biaya asuransi, cuti, ataupun tunjangan lainnya. 



Fleksibilitas pada gig economy disebutkan sebagai pedang bermata dua karena di satu sisi bisa sangat menguntungkan, namun di saat yang sama bisa menjadi kelemahannya. Para gig workers jadi sulit memisahkan adanya kehidupan personal dan profesional karena tidak ada jam kerja yang pasti. Email dan telpon hampir tidak bisa dihindari bahkan sampai malam karena adanya perbedaan jam atau bahkan bagi para gig workers yang mulai kerja saat malam, mereka akan memiliki pola tidur yang berantakan.

Kerja di rumah juga membuat para gig workers terbayang-bayang pekerjaan saat sedang istirahat dan menghadapi lebih banyak distraksi dibandingkan dengan kerja di kantor. Tidak hanya itu, hal yang paling mengkhawatirkan bagi para gig workers adalah tidak adanya tunjangan dalam bentuk apapun, mulai dari tunjangan kesehatan, hari tua, maupun cuti. Mereka juga kesulitan untuk membangun karir, mempertahankan reputasi dan kerja sama jangka panjang. Hal ini menimbulkan masalah yang lebih kompleks lagi, yaitu adanya kecemasan secara personal, sosial, dan ekonomi.

Tips menjaga kesehatan mental sebagai gig worker!

Sebagai pekerja individual, para gig workers cenderung rentan menghadapi kesepian karena tidak adanya komunitas lingkungan kerja. Banyaknya ketidakpastian membuat mereka merasa cemas akan berbagai hal. Kesulitan untuk menolak proyek yang disebabkan oleh ketidakstabilan pemasukan juga dapat meningkatkan resiko burnout yang berbahaya bagi kesehatan mental. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran pada para gig workers untuk memperhatikan kesehatan mentalnya agar dapat bekerja dengan baik. Bagaimana caranya? Berikut tipsnya!

  1. Kelola pendapatanmu dengan bijak

Tidak seperti karyawan full-time, gig workers tidak mendapatkan gaji secara rutin dengan nominal yang sama dan tunjangan apapun sehingga pendapatan yang diterima dari setiap proyek perlu dikelola dengan baik secara mandiri. Kamu bisa melakukannya dengan mulai menghitung pengeluaran setiap bulan kemudian mengalokasikan pendapatan pada setiap komponen pengeluaran kamu dengan sistem persen (misal, tabungan 15%; biaya hidup sehari 25%). Untuk mempermudah, kamu dapat menggunakan Google Excel untuk mencatat atau mengunduh aplikasi/template financial planner dari internet. Cara ini dapat mengurangi kecemasanmu secara ekonomi

  1. Cari komunitas yang bisa mendukung

Kesepian dan rasa isolasi dari lingkungan dapat menganggu fungsi keseharian dan sosial dari para gig workers. Maka dari itu, carilah komunitas yang bisa memberikan dukungan bagimu, terutama secara emosional. Akan sangat baik kalau kamu memilki komunitas dengan sesama gig workers agar dapat saling berbagi cerita mengenai pekerjaan, namun akan lebih baik lagi kalau kamu bergabung dengan komunitas yang membantu kamu refreshing atau terlepas dari bayang-bayang pekerjaan, misal komunitas yang sesuai dengan hobimu atau komunitas olahraga

  1. Manfaatkan kelebihan dari pekerjaanmu

Maksimalkan fleksibilitas dari pekerjaanmu. Carilah gig-work di luar kota, bahkan di luar negeri. Cobalah untuk melakukan pekerjaan di kota ataupun negara impianmu. Kamu juga bisa mencoba bekerja sambil glamping atau staycation untuk mengganti suasana. Dengan demikian, kamu bisa berpikir lebih jernih,mengurangi resiko stress, dan bekerja dengan baik. 

  1. Buatlah batasan yang jelas antara kehidupan personal dan profesional

Penting bagi kamu untuk menentukan seperti apa batasan yang kamu inginkan untuk membagi kehidupan antara personal dan profesional. Apabila memungkinkan, kamu bisa juga membuat ruangan khusus untuk kamu bekerja sehingga ketika di luar ruangan itu, kamu bebas untuk melakukan apa yang kamu mau. Tentukan juga jam kerjamu sendiri agar waktu tidur, makan, dan istirahatmu tetap teratur. Kamu bisa tidak menerima telpon atau membalas email apabila tidak sedang dalam “jam kerja”. Dengan demikian, kamu dapat pergi keluar, berinteraksi dengan teman, ataupun melakukan me-time tanpa bayang-bayang pekerjaan

  1. Buatlah rutinitas yang dapat kamu nikmati

Lakukan hal yang kamu suka sebelum bekerja dan jadikanlah itu rutinitas. Misal, berendam sebelum bekerja, membaca buku, mendengarkan musik kesukaan, melakukan meditasi, olahraga, berkebun, memasak, atau apapun yang bisa kamu nikmati dan memberikan kamu semangat sebelum bekerja. Kamu juga bisa melakukan persiapan seperti layaknya mau ke kantor, mulai dari jam bangun, mandi, sarapan, berganti pakaian, jam kerja, hingga berberes setelah jam kerja selesai. Kegiatan rutinitas ini dapat membantumu mengontrol diri dan pekerjaan serta menjadi self-care yang baik bagi kesehatan mentalmu. 


Gig economy menawarkan banyak kebebasan yang bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan mental kita tetap stabil, tetapi dapat menjadi bumerang juga apabila tidak dikelola. Dengan mencoba untuk menerapkan tips-tips diatas dan menemukan ritme serta cara kerja yang nyaman, kamu tetap bisa menjadi gig-workers yang sehat secara mental. Apabila stress akibat pekerjaanmu sudah tidak bisa ditangani, janganlah ragu untuk mencari bantuan profesional agar kamu tetap dapat bekerja secara efektif di dunia gig-economy yang dinamis ini