Gromers, familiar dengan istilah “inner child”?
Ya, istilah ini lagi cukup populer beredar di sosial media. Berbagai jenis konten menunjukkan bagaimana inner child mempengaruhi dinamika kehidupan kita saat ini, baik secara pribadi, sosial, sampai ke profesional. Melihat tren ini, pernahkah kamu bertanya-tanya, apa sih inner child itu? Sebegitu besarkah pengaruh inner child terhadap adanya kita saat ini? Apakah inner child trauma dapat disembuhkan sepenuhnya? Yuk kita belajar sama-sama di artikel ini!
Apa itu inner child?
Semua orang memiliki inner child dalam dirinya. Inner child adalah bagian di alam bawah sadar dari diri kita. Ketika kita lahir dan bertumbuh, berbagai pengalaman kita alami. Secara tidak sadar, ada memori dan emosi yang terbentuk, serta tersimpan sebagai respon dari pengalaman tersebut. Bau masakan rumah nenek, canda tawa dengan teman di sekolah, jatuh dari sepeda pertama kali, perayaan ulang tahun pertama, jalan-jalan ke kebun binatang dengan orang tua, rasa sakitnya disuntik pertama kali, inner child kita yang mengingat ini semua.
Sayangnya, tidak semua pengalaman memberikan memori yang indah. Peristiwa negatif, seperti orang tua yang tidak akur, diabaikan dan ditolak emosinya, mengalami kekerasan fisik, seksual, dan emosional, di-bully teman sekolah, dikhianati orang terdekat, bahkan kedukaan, dan bencana alam dapat menimbulkan trauma yang mendalam bagi seorang anak kecil dan ketika tidak teratasi dengan baik, kita akan terus membawa luka masa kecil itu hingga kita dewasa. Inilah yang akhirnya mempengaruhi pola pikir, perilaku, bagaimana kita mengelola emosi, berinteraksi, memaknai koneksi, dan mengelola konflik dengan orang lain. Ketika inner child kita “menunjukkan dirinya”, ia akan mengambil alih cara kita berperilaku atau berpikir sesuai dengan apa yang yang tertanam pada kita sejak kecil dan berdasarkan apa yang akan dilakukan olehnya untuk merasa aman