“Kamu umur segini udah punya apa aja?”
Kadang kalimat ini gak muncul dari orang lain, tapi justru dari pikiran kita sendiri—setelah nonton konten dari berbagai influencer yang terlihat “udah jauh banget” pencapaiannya.
Mereka bilang umur 25 harus udah punya tabungan sekian juta supaya bisa nikmatin hidup atau minimal punya side hustle biar punya double income. Gak salah sih punya target. Tapi, sadar gak sadar, “standar-standar tiktok” kayak gini yang bikin banyak dari kita jadi ngerasa insecure. Kayak... “Lah, kok hidup gue standar banget ya?”

Fenomena ini sering disebut sebagai efek highlight reel — di mana yang kita lihat cuma sisi terbaik hidup orang lain tanpa tahu apa yang mereka perjuangkan atau yang mereka sudah punya di balik layar. Parahnya, kita jadi bandingin hidup kita yang masih “berproses” sama hidup orang lain. Hasilnya? Muncul overthinking yang berujung pada kecemasan.
Yang sering gak kita sadari itu, setiap orang punya starting point yang beda-beda. Ada yang lahir di keluarga cukup, bisa sekolah tinggi tanpa mikirin biaya, bisa punya rumah sebelum usia 30 tahun karena nggak punya tanggungan. Ada juga yang harus berusaha lebih keras dari yang lain karena gak punya privilege. Ada yang harus kerja tanpa bisa nikmatin hasilnya karena harus membiayai kebutuhan rumah. Background kita beda. Pola asuh beda. Ekonomi juga beda. Tapi kenapa kita maksa diri buat punya pencapaian yang sama?
Alih-alih termotivasi, standar media sosial ini malah bikin kita takut ngambil langkah. Takut gagal. Takut gak sesuai ekspektasi. Akhirnya, kita jadi stuck di satu titik dan sibuk mikir, “Kenapa aku belum kayak mereka ya?” Kenapa, kenapa, dan kenapa… Padahal yang lebih penting adalah... “Apa yang bisa aku lakuin sekarang buat jadi versi terbaik diriku sendiri?”