Tips mengatasi impostor syndrome!
tips-mengatasi-impostor-syndrome-

Tips mengatasi impostor syndrome!

Hai Gromers! Siapa disini yang fresh graduate?


Apakah kalian merasakan betapa berbedanya dunia kerja dan dunia perkuliahan? Satu hal yang setidaknya kita semua rasakan adalah tidak semua teori yang kita pelajari di kuliah dapat diaplikasikan sama persis di kantor. Tidak jarang juga bidang pekerjaan yang kita jalani berbeda sama sekali dengan latar belakang pendidikan kita. Tentunya akan ada proses adaptasi yang harus dijalani dan rasanya tidak mudah. Sebagai fresh graduate, rasa tidak percaya diri dan kurang kompeten karena menganggap diri sebagai “anak baru” di tempat kerja menjadi umum dirasakan. Mungkin kita juga merasa bahwa setiap pencapaian dan keberhasilan yang kita raih adalah keberuntungan, yang berarti bahwa “sebenarnya saya tidak se-kompeten itu untuk mengerjakan tugas yang diberikan”. Kita merasa bahwa orang memandang terlalu tinggi akan kemampuan kita dan kita merasa sebagai penipu karena membuat orang percaya bahwa kita bisa melakukannya. Ada yang relate?

Perasaan ini wajar dirasakan, terutama bagi para fresh graduate. Sebuah data menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak muda mengalami perasaan yang dinamakan sebagai impostor syndrome. Sayangnya meskipun wajar dirasakan, apabila kita gagal mengelola dan mengatasi perasaan ini akan ada dampak yang buruk bagi kesejahteraan mental yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan kita.

Apabila kamu bertanya-tanya, apa sih bedanya sama rasa tidak percaya diri pada umumnya? Apakah ternyata selama ini saya merasakan impostor syndrome? Bagaimana menyadarinya? Apakah ini merupakan gangguan kesehatan mental yang membuat saya harus pergi ke psikolog? Bagaimana cara mengatasinya? Maka, artikel ini tepat untuk kamu! Yuk kita simak bersama



Apa itu impostor syndrome?
Impostor syndrome adalah sebuah kondisi psikologis dimana seorang individu merasa tidak kompeten dalam pekerjaannya dan tidak layak mendapat apresiasi karena merasa apa yang diraih hanyalah sebuah keberuntungan. Individu tersebut merasa ia menipu orang lain karena orang berharap terlalu tinggi akan kemampuannya. Impostor syndrome bukanlah gangguan kesehatan mental yang memerlukan diagnosa dari psikolog, namun setidaknya ada tiga tanda yang dapat kamu perhatikan untuk mengetahui apakah kamu mengalami impostor syndrome:

  1. Berpikir bahwa orang lain melebih-lebihkan kemampuan kamu

  2. Perasaan takut terbukti bahwa selama ini kamu menipu mereka

  3. Kecenderungan merendahkan diri dan pencapaian secara terus menerus

Selain itu, kamu pun akan merasakan kurangnya kepercayaan diri akan pekerjaanmu dan terganggu akan adanya kesalahan minor. Tidak hanya takut gagal, kamu pun takut juga akan kesuksesan karena merasa tidak layak mencapai hal itu. Ketakutan-ketakutan ini membuat kamu memasang standar yang terlalu tinggi bagi dirimu demi membuktikan diri dan pada akhirnya membuat kamu mengalami burnout dan stress.

Ada beberapa faktor penyebab kamu dapat mengalami impostor syndrome. Apabila kamu mudah kesal atau cemas dan merupakan orang yang perfeksionis, kamu memiliki kemungkinan yang besar untuk mengalami sindrom ini. Selain itu, pola asuh orang tua pun juga memiliki peran. Apabila keluargamu overprotektif, terlalu mengontrol, serta menuntut terlalu tinggi dalam berbagai aspek hidupmu, dapat dikatakan kamu lebih rentan mengalami impostor syndrome



Tips mengatasi impostor syndrome!


Mengalami impostor syndrome dapat membuat kamu cemas berlebihan. Kamu akan banyak menghabiskan waktu untuk mengecilkan pencapaianmu, merasa tidak layak, dan bahkan menjelaskan ke orang lain bahwa semua ini hanya kamu capai karena beruntung. Kondisi ini pasti melelahkan dan pikiran negatif bisa mengakibatkan fokusmu dalam pekerjaan dan pengembangan diri terhambat. Maka dari itu, berikut adalah tips yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi impostor syndrome:

  1. Fokus pada fakta, bukan perasaan

Perasaan ragu, tidak layak, tidak percaya diri, takut, adalah perasaan yang boleh kamu rasakan. Namun seringkali, perasaan tersebut tidak didasari oleh alasan yang konkrit sehingga kamu mulai menilai dirimu berdasarkan hal yang tidak nyata. Cobalah untuk memisahkan perasaan dengan fakta. Misalkan, ketika kamu merasa kurang puas dengan karya yang  kamu submit, cobalah berfokus pada respon yang sudah diberikan oleh orang lain. Kalau memang hasilnya kurang baik, ingatlah bahwa yang dikritik adalah produk/output yang kamu buat, bukan dirimu sebagai seorang individu.”

  1. Normalisasi kesalahan dan kembangkan growth mindset
    Kesalahan adalah hal yang normal. Ketika ada pekerjaan yang kurang sempurna atau ada project yang tidak mencapai target, daripada berkata “Sekarang sudah terbukti aku tidak kompeten”, cobalah untuk berkata “Dari kegagalan ini, aku belajar untuk lebih bijak lagi dalam memasang target dan mengatur prioritas, aku akan coba ini pada project selanjutnya” Dengan pola pikir ini, kamu dapat lebih mudah mengatasi kecemasan dan mengembangkan potensimu lebih maksimal

  2. Rayakan pencapaianmu
    Mau itu kecil atau besar, pencapaian adalah pencapaian. Semua pencapaian layak untuk dirayakan. Janganlah terlalu keras pada dirimu sendiri. Nikmatilah pujian dan apresiasi atas hasil kerja kerasmu. Pakailah waktu yang ada untuk kamu merasakan kebahagiaan atas apa yang sudah kamu usahakan. Jadikanlah hal ini sebagai motivasi untuk mencapai hal yang lebih besar lagi


Impostor syndrome adalah perasaan yang wajar dialami oleh kamu yang baru memasuki dunia kerja. Jika kamu merasa tidak memiliki tempat untuk bercerita atau mendiskusikan kesulitan yang kamu alami, psikolog di Grome.id siap membantu kamu. Dengan berkonsultasi bersama profesional, kamu bisa mendapatkan penanganan yang tepat sasaran. Dengarlah bincang-bincang kami dengan psikolog professional mengenai impostor syndrome di sini

Ingatlah bahwa setiap pencapaian yang kamu raih adalah hasil dari usaha dan kerja kerasmu, dan tidak ada yang salah dengan merayakannya. Bagi kamu yang sedang berjuang di dunia kerja, tetap semangat dan ingat bahwa kamu berhak untuk sukses. Terus berkembang, belajar dari setiap pengalaman, dan percayalah pada kemampuanmu.