The Architecture Of Love : Berani Menghadapi Trauma
the-architecture-of-love--berani-menghadapi-trauma

The Architecture Of Love : Berani Menghadapi Trauma

Menjalani hubungan romantis dengan orang lain adalah pilihan hidup yang didasari dengan harapan mendapatkan kebahagiaan, ketenangan, dan masa depan yang lebih baik. Hanya saja, orang yang menjadi pilihan kita belum tentu menjadi jawaban atas harapan kita. Seperti halnya yang dialami oleh Raia, seorang penulis populer, dalam film adaptasi novel karya Ika Natassa ‘The Architecture of Love’, yang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa suaminya berselingkuh dan akhirnya bercerai. Trauma berat yang ia rasakan membuatnya sulit menulis dan tentunya, takut jatuh cinta lagi. Raia pun membawa patah hatinya ke New York demi mencari inspirasi baru untuk proyek buku yang tertunda. Pelariannya ke New York mempertemukan Raia dengan River, seorang arsitek Indonesia yang tinggal di New York yang ternyata juga sedang bergumul dengan trauma masa lalu yang menimpa dirinya dan pasangannya. 

Dalam artikel ini, kita akan belajar mengenai trauma hubungan, ciri-ciri seseorang dengan trauma hubungan, serta bagaimana kita bisa mengenali dan menghadapi trauma hubungan, khususnya untuk hubungan percintaan lewat film The Architecture of Love. Mari kita simak bersama!


Apa itu trauma hubungan?

Trauma hubungan atau relationshop/relational trauma adalah trauma yang berasal dari hubungan intim/dekat, baik dengan keluarga, teman, ataupun pasangan karena adanya kematian, pengabaian, dan/atau kekerasan emosional, fisik, dan/atau seksual  Adanya trauma ini dapat menyebabkan individu mengalami berbagai gangguan secara psikologis, yaitu stress, kecemasan, depresi, dan kemungkinan post-traumatic stress disorder atau PTSD. 




Ciri-ciri seseorang dengan trauma hubungan

Ketika kita atau pasangan/teman/keluarga memiliki trauma dari sebuah hubungan, ada beberapa ciri-ciri yang dapat dikenali lewat perilaku maupun tindakan yang ditunjukkan. Yuk kita lihat bersama!

  1. Fear, guilt, sad, and anger

Jika pada hubungan sebelumnya seseorang mengalami kekerasan atau perselingkuhan, maka ia akan merasakan ketakutan atau kemarahan pada beberapa situasi, misal apabila pasangannya tidak memberi kabar selama beberapa jam, tidak menjawab pesan/panggilan telpon, atau ketika sedang berargumen dan membicarakan perasaan masing-masing. Ada rasa takut akan pengkhianatan maupun akan adanya konflik. Orang tersebut akan menghindari atau menjadi reaktif pada keadaan yang normal terjadi dalam suatu hubungan.

Dalam film The Architecture of Love,  trauma yang dialami Raia membuat sensitif ketika temannya membahas tentang cinta. Ia memiliki trust issue yang sangat besar sehingga cenderung merasa takut bertemu orang baru karena takut ditinggalkan lagi. Begitupun dengan River yang sangat mudah tersinggung ketika orang-orang disekitarnya melakukan sesuatu yang mengingatkannya pada kejadian tertentu. Kesedihan dan rasa bersalah River atas masa lalunya membuat dia merasa tidak pantas bahagia. Hal ini membuat River sering pergi menghilang dan tidak memberi kejelasan pada Raia sehingga membuat Raia merasa dipermainkan.

  1. Flashbacks

Pengalaman traumatis yang dialami seseorang membuatnya mudah terpicu atau teringat akan hal-hal sensitif yang mungkin serupa atau persis dengan apa yang ia rasakan. Hal ini membuatnya menjadi lebih tertutup dan membatasi diri untuk bertemu dengan orang lain. Teringatnya seseorang akan kejadian traumatis dapat mengembalikan perasaan negatif yang sengaja ditutupi. Mereka akan menghindari situasi yang memungkinkan terjadinya peristiwa itu kembali sehingga sikapnya menjadi lebih waspada. 

River memiliki kenangan khusus, baik yang indah maupun yang menyedihkan. Ketika Raia menyebutkan, mengomentari, ataupun melakukan hal yang mengingatkannya akan kenangan itu, River menjadi sensitif dan sangat marah. Raia, yang tidak mengetahui apa-apa juga menjadi bingung dan kewalahan. Hal ini menyebabkan situasi menjadi canggung dan dingin sehingga hubungan keduanya semakin tidak jelas

  1. Withdrawal and Avoidance

Seseorang dengan trauma seringkali menghindari atau menarik diri dari lingkungan maupun dari orang terdekat.  dari pikiran, perasaan, dan lingkungan sekitarnya. Hal ini merupakan salah satu defense mechanism yang dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi terjadinya kembali pengalaman yang menyakitkan. Ia cenderung menutup diri dalam menunjukkan emosi, menjadi tidak peduli dengan perasaan atau perkataan orang lain, serta seringkali menjauhkan diri dari keramaian dan menghindari interaksi dengan orang lain

Selama di New York, Raia menutup diri dari pergaulan. Ia lebih banyak menghabiskan waktu sendiri dan menghindari ajakan untuk bertemu orang lain. Ia juga menghindari perkenalan dengan orang baru untuk tujuan romantis. River, pada sisi yang sama, juga melakukan hal tersebut. Ia menghabiskan waktu sendiri, menghindari keramaian meski sedang berpesta, dan menolak untuk membicarakan perasaan ataupun pengalamannya di masa lalu.

  1. Communication issues

Membicarakan perasaan, pikiran, perbedaan pendapat, dan masa depan dengan pasangan merupakan hal yang cukup sulit bagi seseorang yang memiliki trauma dari hubungan sebelumnya. Mereka akan kesulitan menyampaikan apa yang menjadi keluh kesah dan batasan diri mereka sehingga miskomunikasi sering terjadi

Raia dan River tentunya mengalami hal ini. Keduanya tertutup akan masa lalu yang traumatis dan belum siap untuk menghadapi jalinan hubungan yang baru. Sering menghilangnya River tanpa kabar serta mood nya yang berubah-ubah membuat Raia bingung, namun jelas bahwa hubungan keduanya belum sedalam itu untuk Raia menanyakan kepastian ataupun apa yang dirasakan oleh River. Konflik menjadi semakin tidak terhindarkan.

Bagaimana mengatasi atau menghadapi dampak relationship trauma?

Proses untuk pulih dan memulai lembaran baru setelah menghadapi hubungan traumatis memakan waktu yang berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang perlu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Cara yang dilakukan juga bisa berbeda-beda karena ini merupakan perjalanan personal yang perlu dijalani dengan penuh kesabaran, kesiapan hati, dan komitmen untuk kemajuan dan kesejahteraan diril. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi ataupun menghadapi dampak dari relationship trauma yang akhirnya diterapkan Raia dan River sehingga hubungannya berhasil. Yuk kita bahas!



  1. Acknowledge and process your emotions

Pada tahap krusial ini, Anda dapat melakukannya sendiri dengan journaling dan meditasi, atau dengan bantuan teman yang Anda percaya serta  bantuan professional, seperti terapis atau psikolog. Anda perlu menyadari, menerima serta memproses emosi yang Anda rasakan setelah mengalami kejadian traumatis agar beban emosional Anda juga dapat berkurang.

  1. Practice self care

Melakukan self-care seperti journaling, gambar, menulis, olahraga, atau kegiatan lainnya sebagai bentuk ekspresi diri bisa menjadi medium yang tepat untuk Anda memahami dan memproses emosi yang Anda rasakan. Proses untuk pulih dari trauma adalah perjalanan yang panjang sehingga melakukan self-care adalah hadiah yang baik yang bisa Anda berikan sebagai bentuk cinta terhadap diri Anda. 

  1. Prioritize your physical and emotional well being

Ketika Anda memprioritaskan kesejahteraan fisik dan mental, akan terbangun pondasi yang kuat untuk pemulihan jangka panjang. Gaya hidup yang seimbang antara pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional dapat mendukung perkembangan pemulihan dan kemajuan diri Anda

  1. Talk about your concern with your partner

Saat Anda siap menjalani hubungan kembali, komunikasikan seperti apa masa lalumu yang memberatkan, apa yang sedang menjadi pergumulanmu, bagaimana proses pemulihan yang sedang Anda jalankan, serta ekspektasi apa yang Anda harapkan bisa didapatkan atau diberikan untuk dan oleh pasangan. Dengan adanya komunikasi yang terbuka, pemahaman dan dukungan pada satu sama lain akan tercipta sehingga tantangan dan konflik dapat ditangani dengan baik


Mungkin kita bukanlah Raia atau River yang bisa lari sejauh mungkin untuk meninggalkan trauma. Seringkali bahkan kita tidak memahami apa yang terjadi sehingga tidak dapat mencegah atau mengatasi kemungkinan buruk yang dapat disebabkan olehnya. Tetapi, kita bisa menjadi Raia dan River akhirnya mau dengan berani menghadapi trauma yang mereka hadapi dan berakhir bahagia. Apabila kamu mengalami pengalaman traumatis yang masih menghantui dan menghambatmu, Grome.id selalu bisa menjadi solusi yang tepat untuk mendengar kamu bercerita dan membantu mencari jalan keluarnya.