Kalau selama ini Gromers berpikir bahwa isu kesehatan mental hanya dialami oleh orang dewasa, yuk cek faktanya dalam artikel ini!
Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun tidak kebal dari gangguan kesehatan mental. Menurut Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada tahun 2022, 15,5 juta dan 2,45 juta anak usia 10-17 tahun mengalami masalah kesehatan mental. Tahun ini, jumlah anak dengan persoalan kesehatan mental diprediksi meningkat, merujuk dari meningkatnya juga kunjungan anak dan remaja ke sejumlah biro psikologi sekitar 20-30 persen.
Fakta ini menyadarkan kita bahwa kesehatan mental anak adalah aspek penting dalam diri anak yang mulai sekarang harus lebih sering diperhatikan
Parents, perkembangan anak secara fisik, mental, dan kognitif belumlah sempurna. Mereka masih dalam tahap belajar mengelola emosi, membangun resiliensi, melatih problem solving, critical thinking, dan kemampuan lainnya. Belum lagi proses tumbuh kembang dan hormon semakin membuat mereka menjadi lebih tidak stabil. Pada usia inilah mereka membutuhkan lingkungan dan dukungan yang positif dari orang dewasa di sekitar mereka. Pola asuh adalah faktor yang paling besar dalam membentuk kondisi mental seorang anak. Apabila kasih sayang, bimbingan, dan edukasi dari orang tua tidak tercukupi, maka besar kemungkinan mereka akan tumbuh jadi pribadi yang lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental
Apa saja gangguan kesehatan mental yang paling sering dialami oleh anak-anak di Indonesia dan seperti apa ciri-cirinya?
1. Anxiety Disorder
Anak terlihat sering mengalami rasa takut berlebihan, mudah khawatir, menarik diri dari lingkungan sosial, menolak melakukan berbagai kegiatan, menghindari situasi yang mengharuskan berhadapan langsung dengan banyak orang, dan menjadi lebih pendiam
2. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Anak menunjukkan sikap impulsif, sulit untuk konsentrasi dalam jangka waktu yang lama yang dimana akhirnya berdampak pada penurunan prestasi di sekolah.
3. Autism Spectrum Disorder
Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan perkembangan saraf. Anak menunjukkan penurunan kemampuan berbahasa, berkomunikasi, berperilaku, dan berinteraksi yang gejalanya muncul secara umum sebelum anak usia 3. Anak seringkali marah, menangis, atau tertawa tanpa alasan yang jelas, dan melakukan tindakan atau gerakan berulang seperti mengayunkan tangan, kaki, atau berputar-putar di satu tempat.
4. Eating disorder
Biasanya dialami oleh anak yang memasuki usia remaja atau dalam masa pubertas. Gangguan yang lebih sering dialami oleh perempuan ini didasari oleh pemikiran dan gambaran mengenai berat badan ideal. Gangguan ini sangat berbahaya karena berdampak langsung pada kesehatan fisik, seperti sakit lambung, menurunnya kinerja jantung, penurunan berat badan drastis, malnutrisi, dan perubahan siklus menstruasi.
5. Depression
Anak yang mengalami depresi umumnya menunjukkan tanda adanya perasaan sedih terus menerus, murung, hilang minat untuk berinteraksi dengan orang lain ataupun melakukan kegiatan yang biasanya ia nikmati lakukan. Apabila tidak disadari dan ditangani dengan cepat, akibatnya anak akan menunjukkan perilaku berbahaya yang menyakiti diri bahkan sampai melakukan percobaan bunuh diri.
Kesehatan mental anak adalah pondasi penting bagi masa depan mereka, dan kini saatnya kita mulai lebih peka terhadap kebutuhan emosional mereka. Parents, kalian punya peran besar dalam membentuk lingkungan yang aman, penuh dukungan, dan penuh kasih bagi tumbuh kembang anak. Yuk, mulai hari ini kita bersama-sama memperhatikan kesehatan mental anak secara menyeluruh, agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang kuat dan bahagia.