Anti-Hustle Culture : Solusi atau Masalah?
anti-hustle-culture--solusi-atau-masalah

Anti-Hustle Culture : Solusi atau Masalah?

Mungkin banyak dari kita yang beranggapan bahwa untuk bisa sukses dalam karir adalah dengan fokus kerja sekeras-kerasnya, bahkan kalau bisa lakukan juga beberapa pekerjaan sampingan selain pekerjaan utama. Tentu saya tidak mengatakan hal ini salah, setiap orang memiliki kondisi dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Hanya saja, melalui artikel ini, saya ingin menawarkan bahwa ada cara yang lebih sustainable yang bisa bantu kamu untuk tetap bisa achieve target namun tetap sehat secara mental. Namanya anti-hustle. Tunggu dulu! Bukan karena namanya anti-hustle, maka kita jadi menolak ide untuk bekerja keras, ya. Malahan cara ini bisa bikin kerja kerasmu semakin terasa bermakna. 
 
Konsep bekerja secukupnya mungkin terdengar aneh, terutama bagi kamu yang workaholic ataupun yang tuntutan pekerjaannya tinggi. Anti-hustle memang sering disalahartikan sebagai istilah cantik untuk malas-malasan. Padahal justru anti-hustle adalah kebalikan dari malas. Ketika kita malas, kita cenderung mengerjakan pekerjaan seadanya, atau bahkan malah tidak bekerja sama sekali. Sedangkan, anti-hustle mengajak kita untuk secara maksimal menggunakan waktu kerja sehingga kamu bisa punya waktu yang cukup untuk diri sendiri serta untuk keluarga dan orang terdekatmu.



Kenapa di awal saya sebutkan anti-hustle adalah cara yang lebih sustainable? Sederhananya begini, pekerjaan kita tidak selalu menyenangkan. Ada masanya kita lelah, sebal dengan atasan, tertekan oleh target, konflik dengan rekan, atau bahkan mulai bosan dengan pekerjaan kita yang itu-itu saja. Akhirnya, kita datang kerja hanya untuk memenuhi tanggung jawab tanpa benar-benar memaknai apa yang kita lakukan. Akibatnya, mulai muncul burnout, stress, atau bahkan depresi sehingga kita tidak lagi maksimal dalam bekerja. Usaha kita untuk bisa berkembang dalam karir pun jadi terancam. Bisa jadi apa yang sudah diusahakan menjadi sia-sia. Dengan melatih diri bekerja secukupnya, kesehatan mental terjaga, maka kamu dapat bekerja secara lebih maksimal dalam waktu yang lama


Gimana caranya mulai melatih diri untuk bekerja secukupnya ini?

  • Temukan arti sukses dan makna kerja untukmu
Tanyakan pada dirimu sendiri, apa itu sukses? Apakah ketika kamu berhasil datang paling awal dan pulang paling terakhir? Atau ketika kamu berhasil naik jabatan setelah bekerja bahkan di akhir minggu? Atau sukses adalah ketika kamu masih bisa menyempatkan datang ke sekolah anak untuk menjemput mereka di tengah kesibukanmu? Atau ketika kamu bisa bertemu dengan teman lama setelah kerja seminggu penuh? Telaah juga apa yang jadi alasanmu bekerja begitu keras. Atas dasar alasan apakah kamu mengorbankan waktu, tenaga, dan kesehatanmu demi pekerjaan? Apakah karena kamu punya mimpi yang ingin kamu raih atau karena orang lain yang ingin kamu melakukan itu? 

  • Belajar mengatur waktu dengan baik
Aturlah waktu dengan baik, tentukan sesuai dengan keadaan dirimu di hari itu. Ketika ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, fokuslah untuk mengerjakan yang sulit dulu atau yang mudah dulu tergantung preferensi. Kerjakan hingga selesai tanpa terdistraksi. Hindari untuk bersantai-santai di jam kerja agar kamu tidak perlu lembur. Buat daftar prioritas, tentukan mana pekerjaan yang memang harus diselesaikan hari itu serta mana yang bisa ditunda dulu. Ketika kamu bisa mengatur prioritas dan alur pekerjaan dengan baik, maka waktumu akan terpakai secara maksimal

  • Tetapkan batasan dan komunikasikan
Pastikan bahwa kamu punya batasan mengenai waktu kerja setiap harinya. Usahakan untuk terus memegang batasan tersebut. Ketika ada pekerjaan yang diberikan melewati jam tersebut, komunikasikan dengan baik bahwa hal itu akan kamu kerjakan di keesokan harinya. Pastikan bahwa rekan kerjamu mengetahui batasan yang kamu miliki agar mereka juga dapat menyesuaikan dengan pekerjaan mereka sehingga dinamika dengan rekan kerjamu tidak terganggu.

Anti-hustle culture adalah cara kerja yang lebih sehat dan berkelanjutan agar kita tetap bisa mencapai target tanpa mengorbankan kesehatan mental. Mari mulai menerapkan budaya ini di perusahaan masing-masing untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih seimbang dan produktif. Sebagai langkah nyata, Grome.id akan mengadakan seminar gratis untuk perusahaan mengenai anti-hustle culture dalam rangka menyambut Bulan Kesehatan Mental 2025. Cari tahu informasinya dan daftarkan perusahaanmu segera dengan menghubungi kami di sini

Ditulis oleh

Maria Grace, S.Psi