Mungkin banyak dari kita yang beranggapan bahwa untuk bisa sukses dalam karir adalah dengan fokus kerja sekeras-kerasnya, bahkan kalau bisa lakukan juga beberapa pekerjaan sampingan selain pekerjaan utama. Tentu saya tidak mengatakan hal ini salah, setiap orang memiliki kondisi dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Hanya saja, melalui artikel ini, saya ingin menawarkan bahwa ada cara yang lebih sustainable yang bisa bantu kamu untuk tetap bisa achieve target namun tetap sehat secara mental. Namanya anti-hustle. Tunggu dulu! Bukan karena namanya anti-hustle, maka kita jadi menolak ide untuk bekerja keras, ya. Malahan cara ini bisa bikin kerja kerasmu semakin terasa bermakna.
Konsep bekerja secukupnya mungkin terdengar aneh, terutama bagi kamu yang workaholic ataupun yang tuntutan pekerjaannya tinggi. Anti-hustle memang sering disalahartikan sebagai istilah cantik untuk malas-malasan. Padahal justru anti-hustle adalah kebalikan dari malas. Ketika kita malas, kita cenderung mengerjakan pekerjaan seadanya, atau bahkan malah tidak bekerja sama sekali. Sedangkan, anti-hustle mengajak kita untuk secara maksimal menggunakan waktu kerja sehingga kamu bisa punya waktu yang cukup untuk diri sendiri serta untuk keluarga dan orang terdekatmu.

Kenapa di awal saya sebutkan anti-hustle adalah cara yang lebih sustainable? Sederhananya begini, pekerjaan kita tidak selalu menyenangkan. Ada masanya kita lelah, sebal dengan atasan, tertekan oleh target, konflik dengan rekan, atau bahkan mulai bosan dengan pekerjaan kita yang itu-itu saja. Akhirnya, kita datang kerja hanya untuk memenuhi tanggung jawab tanpa benar-benar memaknai apa yang kita lakukan. Akibatnya, mulai muncul burnout, stress, atau bahkan depresi sehingga kita tidak lagi maksimal dalam bekerja. Usaha kita untuk bisa berkembang dalam karir pun jadi terancam. Bisa jadi apa yang sudah diusahakan menjadi sia-sia. Dengan melatih diri bekerja secukupnya, kesehatan mental terjaga, maka kamu dapat bekerja secara lebih maksimal dalam waktu yang lama