Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap pernikahan. Ada yang melihat pernikahan sebagai tujuan hidup, ada yang melihatnya sebagai pelengkap perjalanan hidup, dan bahkan ada juga yang melihatnya sebagai penghalang dalam mencapai mimpi, baik dalam pendidikan maupun karir. Bagaimana kita menggambarkan pernikahan banyak dipengaruhi oleh bentuk hubungan yang sebelumnya ada di sekitar kita. Apapun pandangan dan tujuan kita pada pernikahan, pasti ada alasan tertentu dibaliknya.
Ketika membayangkan kehidupan pernikahan, tentunya ada mimpi dan ekspektasi pribadi. Apakah punya ekspektasi adalah hal yang baik? Atau jangan-jangan malah beresiko membawa kita pada kekecewaan? Lalu, bagaimana seharusnya kita membayangkan pernikahan itu? Apakah ada cara atau tips tertentu yang bisa membantu kita mempersiapkan diri dan pasangan sebelum menikah? Simak artikel ini lebih lanjut
Ekspektasi vs Realita Pernikahan
“Kalau kamu gak suka sikapnya saat pacaran, jangan berharap itu akan berubah ketika menikah” Kalimat ini pasti sering kita dengar. Sedari dulu, kita sudah dihadapkan dengan realita bahwa jarang sekali sikap nyebelin pasangan akan berubah atau menghilang saat menikah, malahan bisa jadi akan lebih parah. Kalau begitu, bagi yang belum menikah perlu banget untuk mengerti ekspektasi masing-masing dan mengkomunikasikannya dengan baik.
Pasangan jadi lebih romantis dan semakin jatuh cinta
Ketika menikah, kita seringkali merasa bahwa sudah tidak perlu menjaga batasan seperti saat berpacaran. Kita mungkin menganggap bahwa karena tinggal satu rumah, maka waktu yang dihabiskan berdua menjadi lebih banyak sehingga pasangan bisa jadi lebih romantis dan semakin jatuh cinta dengan keberadaan kita. Apakah hal ini sepenuhnya salah? Tentu tidak, bisa jadi semakin kita melihat sisi sebenarnya dari pasangan membuat kita semakin mencintai keunikan dan kekurangannya.
Hanya saja, seringkali ekspektasi yang tinggi pada pasangan membuat kita mengharapkan pasangan dapat memperlakukan kita lebih baik dibandingkan saat berpacaran. Kenyataannya, semakin kita mengenal seseorang, maka semakin nyaman juga kita memperlihatkan sifat asli kita. Mungkin saja ada sifat pasangan yang tidak kita sukai sampai terkadang membuat kita mempertanyakan keputusan menikahinya. Bukannya semakin jatuh cinta, bisa jadi kita malah jadi kesal dan gerah dengan keberadaannya. Saat inilah komitmen menikah diuji.
Menikah artinya menyatukan dua pribadi dengan pola asuh, karakter, dan pola pikir yang berbeda. Seseorang tidak mungkin berubah dalam sekejap hanya karena sekarang ia tinggal dengan orang lain. Di sinilah kita harus belajar menerima dan berkompromi. Ketika menikah, banyak penyesuaian yang harus dilakukan. Dalam proses ini, konflik tidak dapat terhindarkan. Perlu kebijaksanaan dan kerelaan hati kedua belah pihak untuk mau mengomunikasikan apa yang jadi keinginan masing-masing.
Keuangan akan jadi lebih baik karena berdua
Masalah keuangan adalah masalah yang pasti dialami oleh pasangan yang baru menikah. Sebelum menikah, setiap orang memiliki cara pengelolaan keuangannya masing-masing. Beberapa dari kita mungkin masih dibiayai oleh orang tua dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketika ada barang yang ingin dibeli pun menjadi keputusan pribadi. Berbeda halnya ketika menikah, uang yang masuk dan keluar harus menjadi pembahasan bersama. Diperlukan kesepakatan bersama dalam mengalokasikan pemasukan dan pengeluaran.
Kebutuhan rumah tangga, cicilan, uang darurat, dan tabungan menjadi prioritas utama sehingga mungkin banyak keinginan pribadi yang harus ditunda terlebih dahulu. Belum lagi, kadang orang tua atau saudara dari pasangan membutuhkan bantuan finansial sehingga seringkali “mengganggu” rencana keuangan yang sudah disusun sedemikian rupa. Penyesuaian ini dapat menimbulkan konflik yang jika tidak dikomunikasikan bisa berakibat fatal. Tidak jarang, masalah keuangan menjadi konflik berkepanjangan yang membahayakan pernikahan.
Pasangan bisa paham perasaan dan keinginan tanpa dikasih tau karena sudah jodoh
Membuat keputusan untuk menikahi pasangan bisa dibilang berarti kita sudah kenal luar dalam pasangan kita. Kita memahami apa yang jadi hal favoritnya, hobinya, sudah saling mengenal keluarganya, dan masih banyak lagi. “Dia yang paling bisa menerima dan mengerti apa yang aku mau” Ini adalah kalimat yang sering kita dengar dari pasangan yang berpacaran. Tetapi, benarkah demikian?
Salah satu ekspektasi yang sering muncul dalam pernikahan adalah harapan bahwa pasangan dapat memahami perasaan dan keinginan satu sama lain tanpa harus dijelaskan secara langsung atau ada inisiatif dari pasangan karena mereka sudah dianggap sebagai "jodoh.". Namun, meskipun ini terdengar ideal, dalam kenyataannya, pasangan kita bukanlah pembaca pikiran. Tidak semua perasaan dan keinginan kita bisa sepenuhnya dipahami tanpa dikomunikasikan dengan jelas dan terbuka. Keresahan mengenai pembagian tugas di rumah, rencana kencan, sekolah anak, finansial, kesibukan kerja, dan hal lainnya perlu dikomunikasikan. Kita tidak bisa mengharapkan pasangan dengan segala kesibukannya untuk membaca pikiran kita dan menyediakan apa yang kita inginkan tanpa diberitahu.
Tips mempersiapkan diri dan pasangan sebelum menikah
Gromers, ternyata menikah merupakan tahapan hidup yang cukup rumit ya? Ditambah lagi dengan beredarnya berbagai isu perselingkuhan, perceraian, KDRT dan konflik rumah tangga di media sosial membuat kita semakin pesimis dengan komitmen pernikahan. Namun, jangan biarkan fenomena ini menjadi penghalangmu untuk berkomitmen dan menjalani kehidupan pernikahan yang penuh cinta, ya! Yuk simak tips berikut ini
Pastikan kamu dan pasangan memiliki visi,misi, dan nilai yang sama mengenai pernikahan
Dengan memiliki tujuan yang sejalan, setiap ide dan rencana yang kamu sampaikan tidak dianggap sia-sia. Hal ini juga membantu pasangan bertukar pikiran dengan lebih lancar dan pembahasan dapat dilakukan secara mendalam. Memiliki pasangan yang setara dan sepadan membantu menyelesaikan konflik dengan lebih tenang. Dengan menyelaraskan visi dan misi pernikahan, maka perjalanan menuju cita-cita bersama maupun pribadi dapat dilakukan dengan lebih menyenangkan
Bahas topik pembicaraan pernikahan sebelum menikah
Mungkin akan terasa sangat kaku atau canggung, namun penting untuk memastikan bahwa kamu dan pasangan ada dalam frekuensi yang sama, mulai dari rencana pernikahan, tempat tinggal, program hamil, sekolah anak, bahkan sampai pada pembagian harta. Dengan demikian, kalian akan memiliki bahan pertimbangan yang lebih mendalam sebelum menikah dan bisa berdiskusi secara bebas tanpa intervensi dari keluarga besar. Dari pembahasan ini pun kalian bisa lebih mengenal pasangan dan melihat tingkat kedewasaan masing-masing secara lebih menyeluruh. Tidak bisa dipungkiri, rencana sebelum menikah bisa berubah ketika sudah menikah, namun setidaknya kalian tahu bahwa topik demikian bisa didiskusikan tanpa rasa segan nantinya.
Pelajarilah kekuatan dan kekurangan pasangan
Tidak ada peran permanen dalam sebuah hubungan suami istri. Pernikahan yang berhasil adalah pernikahan yang dikerjakan dan diusahakan oleh kedua belah pihak. Tidak ada keharusan istri bekerja, tidak ada juga larangan istri bekerja. Begitupun sebaliknya, tidak ada larangan suami menjadi pengasuh anak atau “stay at home dad”. Urusan rumah tangga adalah urusan bersama. Setiap peran yang dilakukan oleh suami ataupun istri merupakan kesepakatan bersama. Apabila istri lebih teliti dan cermat dalam mengelola keuangan, maka tugaskan suami sebagai pengelola keuangan. Apabila suami lebih pandai menata dan menghias rumah, biarkan dia berkreasi. Dengan demikian, kedua belah pihak dapat menjalankan perannya sesuai dengan kekuatannya masing-masing.
Pernikahan adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan pembelajaran. Meskipun kita tidak bisa menghindari perbedaan dan konflik, yang terpenting adalah bagaimana kita menanggapi dan menghadapinya dengan bijak. Komunikasi yang terbuka, saling pengertian, serta kesiapan untuk berkompromi adalah kunci utama dalam menjaga keharmonisan hubungan. Setiap pasangan perlu menyadari bahwa pernikahan bukanlah akhir dari pencarian kebahagiaan, melainkan sebuah proses awal yang harus dijalani dengan niat untuk saling tumbuh dan mendukung satu sama lain. Apabila kamu dan pasangan memiliki kesulitan dalam berkomunikasi, janganlah ragu untuk mencari bantuan profesional agar kalian mendapatkan penanganan yang tepat. Dengan persiapan yang matang, pemahaman yang mendalam, serta komitmen yang kuat, pernikahan bisa menjadi pondasi yang kokoh untuk membangun kehidupan bersama yang penuh cinta dan kebahagiaan.
Ditulis oleh
Maria Grace, S.Psi