FRIENDZONE
FRIENDZONE

FRIENDZONE

(Oleh : Angellia Lestari Christiani, M.Psi., Psikolog)


“Kenapa sih dia belum bergerak juga?”

“Jadi ini aku cuma minum kopi doang atau akan ada nge-date yang sebenarnya sih?”

“Kenapa nanti dia muncul, nanti dia hilang ya?”

“Sebenarnya kami ini cuma teman doang atau lebih sih?”


“Hampir jadian” adalah hubungan yang sangat ambigu, bergerak dengan lambat,  


Jadi, sebenarnya apa itu friendzone?

Situasi dimana salah satu pihak dalam suatu pertemanan berharap relasinya berubah menjadi hubungan romantis atau hubungan seksual, di saat pihak lainnya tidak mengharapkan hal tersebut.


Tandanya bahwa kamu berada dalam friend zone?

  • Mereka mencoba untuk menjodohkan/mengenalkan kamu dengan pria/wanita lain yang berpotensi menjadi pasanganmu
  • Kamu sering melakukan berbagai bantuan-bantuan sederhana untuknya, membelikannya makan siang, membangunkan dia di hari yang penting untuknya
  • Komunikasinya tidak mengalir, sehingga kamu membutuhkan usaha untuk membuat komunikasi terus berjalan
  • Kamu melakukan hal yang besar dengan kode yang jelas sekali untuknya, misalkan membelikan barang dengan harga yang sangat mahal untuknya, memesankan barang yang sangat ia inginkan


Atau, kenali juga ketika kamu merasa hubunganmu spesial, padahal sebenarnya tidak

  • Ia merasa tidak keberatan hanya menemuimu ketika pergi bersama teman-teman, tidak pernah pergi berduaan saja
  • Kamu atau pasangan yang kamu anggap spesial hanya menggunakan istilah “platonik”
  • Pasangan yang kamu anggap spesial merasa sangat nyaman untuk menceritakanmu... semua hal


Nah, kalau sudah ada tanda-tanda ini, perhatikan lagi, apakah benar hubunganmu dan dia adalah hubungan yang spesial dan eksklusif? Jangan-jangan hanya kita yang punya perasaan?

Dampak yang ditimbulkan ketika terlalu lama berada dalam friend zone

  • Disonansi Kognitif

Salah satu alasan utama mengapa banyak orang kesulitan menerima bahwa dirinya mengalami friend zone karena pihak lawan juga memberikan sinyal yang tidak jelas. Meski kamu tahu kamu ditolak, tapi di sisi lain ia dapat melakukan tindakan yang membuatmu berharap, seperti terus menghubungi dan menjaga relasi. Dampak yang ditimbulkan ada disonansi kognitif, yaitu perasaan tidak nyaman yang terjadi karena seseorang memegang satu atau dua pandangan yang bertentangan. Akhirnya kamu bisa merasa sangat tidak nyaman dengan perasaanmu sendiri. Kamu terus bertentangan antara merasa ia suka padamu, namun juga melihat sendiri perilakunya yang menolakmu. Pertentangan ini terus terjadi dalam hatimu

  • Learned Helplessness

Terbiasa “ditolak”, “dijadikan ban serep” membuat kamu akhirnya terbiasa dengan situasi ini. Asalkan bisa tetap bersamanya kamu merasa cukup. Kamu mulai terbiasa untuk mengosongkan jadwalmu, kalau-kalau ia membutuhkan dirimu sewaktu-waktu. Terbiasa dengan kondisi ini dampak sangat berdampak pada kepercayaan dirimu. Kamu jadi merasa dirimu memang layak dijadikan “cadangan” dan tidak mungkin dijadikan yang “utama”.


Terlepas dari tanda-tanda di atas, coba untuk kenali juga kenapa sih hal tersebut bisa terjadi?

1.    Take a Step Back

Relasi menjadi tidak seimbang ketika kamu menghargai dirinya lebih dari ia menghargai kehadiranmu dalam hidupnya. Ambil 1 langkah mundur, menjauh dari hubunganmu, agar bisa melihat lebih luas. Orang yang lebih “memberi” terkesan “putus asa”, sehingga akan lebih terdorong untuk memberikan lebih tanpa melihat apa yang diterimanya. “Those who are more willing to walk away have the power to guide the relationship”


2.    Focus on You

Reconnect dengan orang-orang yang mengenalmu sesungguhnya, yaitu teman-teman dekatmu selain orang friend zone-in kamu ini. Kendalikan dirimu dan sadari ketika kamu mulai melakukan terlalu banyak hal untuknya. Ubah pandanganmu yang merasa bahwa ada yang “kurang” dalam dirimu sehingga ia tidak mau denganmu. Karena ketika terdapat perbedaan yang mendasar, seperti prinsip atau nilai-nilai lainnya, maka fokusnya bukan lagi kita punya kekurangan. Tapi kita bukan untuknya.


3.    Expand Relation

Perluas relasi yang kamu miliki, kenalan dengan orang yang baru yang menarik untukmu. Orang akan menghargai lebih tinggi ketika mereka mengira akan segera kehilangan. Bila kita punya kesibukan lain selain dengan teman kita tersebut, tidak fokus atensinya hanya kepadanya, maka hal tersebut dapat memberinya pemikiran baru. Tapi, kalau ternyata mereka tidak terpengaruh, maka fokuskan pikiranmu pada si orang baru ini saja.


4.    Change The Actual Relationship

Selain langkah-langkah di atas, penting untuk benar-benar mengubah relasi yang sedang kamu jalani saat ini, yaitu kamu dapat secara asertif menanyakan langsung kepadanya. Karena segala ketidakpastian tersebut bila tidak diatasi segera akan mulai mempengaruhi bagaimana kamu melihat dan menghargai dirimu. Sebelum kamu mulai bertanya-tanya, “Apa aku kurang cakep?” atau “Apa aku kurang baik untuknya?”, coba tanyakan saja langsung kepadanya.  


So Gromers, kalau kamu sedang menghadapi permasalahan dalam hubunganmu baik dengan pasangan, orang tua, rekan kerja atau siapapun, jangan ragu, segera booking sesi konseling bersama para pakar psikologi dari Grome. Langsung pilih saja menu untuk solusi terbaik dari permasalahan yang kamu sedang hadapi atau jika kamu mengalami kesulitan saat melakukan booking sesi, jangan sungkan untuk menghubungi Admin Grome.

Tag

Ditulis oleh