Gromers, apakah yang terlintas dalam pikiranmu ketika mendengar kata pernikahan? Membayangkan pernikahan yang dibangun dalam keterbukaan, komunikasi yang sehat, dan pengertian akan satu sama lain rasanya membuat hati tenang. Terlebih lagi jika kamu memiliki pasangan yang terbuka dalam mengkomunikasikan segala isi pikiran, harapan, maupun kesulitannya. Bukankah itulah kehidupan pernikahan yang ideal?
Sebagai pasangan yang sudah menikah, pasti kamu ingin diterima dan dilibatkan dalam kehidupan pasangan. Kamu merasa perlu menjadi pribadi yang paling mengenal diri pasangan kita, baik dimulai dari masa lalu, masa kini, hingga masa depannya. Kamu juga ingin selalu ada pada setiap waktu dalam hidupnya. Rasanya seperti tidak ada lagi batasan antara kamu dan pasangan. Tetapi, tahukah kamu bahwa dalam pernikahan, adanya privasi dan waktu pribadi menjadi kunci untuk kehidupan pernikahanmu agar menjadi lebih tenang? Apakah benar demikian? Mari sama-sama kita temukan jawabannya dalam artikel ini!
Mengapa privasi penting?
Ketika masing-masing pihak memiliki privasi, maka akan tercipta sensitivitas dan rasa hormat di dalam hubungan. Transparansi dalam hubungan pun dapat terwujud ketika pasangan dapat secara terbuka mengomunikasikan privasi atau batasan yang dia butuhkan. Dengan sikap saling memahami dan menghormati apa yang menjadi permintaan pasangan, selama hal tersebut bertujuan baik, maka hubungan yang sehat akan dapat terus terjaga. Selain itu, dengan memiliki privasi atau waktu sendiri, pasangan tidak akan merasa terkekang dalam beraktivitas sehari-hari. Malahan, adanya kebebasan ini membuat pasangan jadi selalu punya rasa penasaran yang besar terhadap pasangannya sehingga ketika bertemu di rumah, selalu ada kegembiraan untuk saling bercerita, berbagi keluh kesah, dan bahkan untuk sekedar beristirahat bersama. Hubungan tidak akan terasa monoton atau kaku karena pasangan akan selalu punya alasan untuk bersama-sama.
Apa perbedaan privasi dan rahasia?
Memiliki hak untuk privasi bukan berarti kamu boleh menutup-nutupi perilaku atau aktivitas yang dapat menjadi sumber konflik bagi hubungan. Itu namanya rahasia, bukan privasi. Definisi dari keduanya saja sudah berbeda. Privasi adalah kondisi terpisah dari pemantauan atau observasi orang lain, atau dalam hal ini adalah pasangan, sedangkan rahasia adalah perilaku menutupi informasi atau kegiatan individu dari orang lain atau pasangan. Privasi berarti kamu ada dalam situasi atau kondisi dengan pikiran, perasaan, waktu, dan pengalaman yang kamu alami sendiri. Setidaknya, ada dua karakteristik yang dapat membantu kamu membedakan antara privasi dengan rahasia :
Intensi yang mendasari
Yang membedakan sesuatu menjadi rahasia atau sekedar butuh privasi adalah intensi yang mendasari perilakumu. Ketika kamu ingin memiliki waktu sendiri, misal ingin pergi ke kafe atau nonton film sendiri, kamu perlu memperhatikan apa intensimu. Apakah kamu ingin “me-time” atau kamu ingin bertemu orang lain yang kamu tidak ingin pasanganmu ketahui? Ketika kamu tidak ingin pasangan mengecek ponselmu, apakah itu kesepakatan bersama untuk bisa saling percaya atau kamu takut ada percakapan yang dilihat oleh pasangan?
Perasaan yang muncul
Penting untuk memperhatikan perasaan yang muncul ketika kamu melakukan sebuah perilaku atau mengalami sebuah peristiwa. Sebuah rahasia biasanya akan menimbulkan perasaan takut dan malu. Sebaliknya, ketika ada perasaan tenang, lega, dan nyaman yang muncul atas perilaku atau peristiwa tersebut, maka privasi yang kamu harapkan sudah kamu dapatkan. Misal, ketika kamu bertemu dengan teman lama dan kamu merasa takut atau malu bila pasanganmu tahu, maka hal tersebut adalah rahasia. Tetapi, jika perasaan lega dan nyaman karena kamu bisa mengobrol dengan teman lama untuk sekedar “catch up” tanpa ada yang perlu ditutupi dari pasangan maka itu bisa disebut sebagai privasi.
Bagaimana cara mengetahui privasi seperti apa yang diharapkan pasangan? Sampai batas manakah privasi yang bisa disepakati? Kuncinya adalah komunikasi! Setiap pasangan memiliki preferensi yang berbeda-beda. Tidak ada standar khusus mengenai privasi yang harus dimiliki oleh pasangan. Begitu pula sebagai individu pasti memiliki pilihan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kamu dan pasangan perlu saling mengenal satu sama lain dan bahaslah mengenai batasan untuk disepakati bersama dari sebelum menikah agar tidak menjadi sumber konflik di masa depan. Tentu, tidak semua harus kamu bagikan pada pasangan. Mungkin, ada hal di masa lalu yang kamu ingin tidak ada yang tahu, terutama pasanganmu. Lakukanlah demikian apabila cara tersebut tidak menghalangi kamu untuk bisa terbuka pada pasangan dan tetap bisa saling percaya. Hormati dan dukunglah apapun yang dipilih pasangan selama hal tersebut baik bagi hubungan. Apabila kamu dan pasangan memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dengan pasangan, janganlah ragu untuk menghubungi profesional agar ada ide, sudut pandang, dan jalan keluar yang baru bagi masalahmu!
Ditulis oleh
Maria Grace, S.Psi