Belajar Berkomunikasi dalam Hubungan lewat film
belajar-berkomunikasi-dalam-hubungan-lewat-film-dua-hati-biru

Belajar Berkomunikasi dalam Hubungan lewat film


Hubungan manusia selalu diwarnai dengan dinamika kompleks, yang tidak terlepas dari konflik. Konflik dalam hubungan adalah bagian alami dari interaksi manusia, tetapi bagaimana kita menangani konflik tersebut dapat menentukan keberlanjutan dan kekuatan hubungan. 

Seperti yang terjadi pada Bima dan Dara di film Dua Hati Biru. Setelah menikah dan punya anak, tentunya masuk pada tahap yang lebih kompleks. Kehadiran Adam dalam kehidupan mereka berdua yang selama ini terpisah selama 4 tahun menjadi isu terberat. Belum lagi, mertua yang turut campur tangan dalam mendidik anak, Adam dan Dara yang sulit dekat, serta perbedaan ekonomi, pendapat dan pandangan membuat pasangan muda ini frustasi dan harus mencari jalan keluar bagi demi keluarga kecilnya. 

Bagaimana perjalanan mereka dalam memahami dan menghadapi konflik? Mari kita menjelajahi bersama lebih dalam tentang arti konflik dalam hubungan, faktor-faktor penyebabnya, dan strategi untuk menavigasinya dengan bijaksana melalui film Dua Hati Biru


Apa itu konflik dalam hubungan?

Konflik dalam hubungan adalah pertentangan, perbedaan pendapat, atau ketegangan yang muncul antara dua individu atau lebih dalam hubungan, seperti pasangan, keluarga, teman, atau rekan kerja. Konflik dapat berasal dari berbagai sumber, seperti perbedaan nilai, komunikasi yang buruk, kebutuhan yang tidak terpenuhi, atau harapan yang tidak realistis.





Faktor-faktor penyebab konflik

Beberapa faktor umum yang dapat menyebabkan konflik dalam hubungan meliputi:

  1. Perbedaan Nilai

Ketidakcocokan nilai atau keyakinan antara individu dapat menyebabkan ketegangan dan konflik dalam hubungan. Pada film ini, digambarkan bahwa adanya perbedaan ekonomi, tingkat pendidikan, didikan keluarga, dan lingkungan membuat Bima dan Dara memiliki perbedaan pola pikir dan gaya hidup. Hal ini menyebabkan keduanya sering terlibat debat panjang mengenai bagaimana mengasuh Bima. 

  1. Komunikasi yang Buruk 

Kurangnya komunikasi yang jelas dan terbuka sering kali menjadi pemicu konflik, karena pesan dapat salah dimengerti atau tidak disampaikan dengan benar. Bima dan Dara pun mengalami hal yang sama. Pembicaraan mengenai beli rumah, urusan mengasuh Adam, ajakan untuk ikut kelas parenting, masalah pekerjaan menjadi pembicaraan yang dilakukan secara tegang dan berujung pada konflik besar

  1. Perbedaan Kebutuhan

Ketidakselarasan dalam kebutuhan atau harapan antara pasangan dapat menghasilkan ketegangan dan ketidakpuasan. Ada ekspektasi tertentu yang Dara harapkan dilakukan oleh Bima, seperti ikut kelas parenting, bertemu dengan psikolog anak, belajar bahasa Inggris, dan kuliah yang belum bisa dipenuhi oleh Bima. Begitupun sebaliknya, Bima berekspektasi Dara mengerti akan keadaan keluarganya, kondisi keuangannya, dan keterbatasan diri, namun Dara masih kesulitan untuk memahami hal itu

  1. Masalah Keuangan

Perbedaan pendapat tentang pengelolaan keuangan atau ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan keuangan bersama dapat menjadi sumber konflik. Pada film, kondisi keuangan keluarga Bima dan Dara sangat berbeda. Begitupun ketika mereka memutuskan untuk hidup mandiri, masalah keuangan dan pekerjaan menjadi sumber konflik yang besar





Strategi untuk menangani konflik dengan bijaksana

Meskipun konflik tidak dapat dihindari sepenuhnya, ada beberapa  yang dapat dilakukan untuk menanggapi dan menavigasinya dapat membuat perbedaan besar dalam keberlanjutan hubungan. Berikut adalah beberapa strategi untuk menangani konflik dengan bijaksana:

  1. Komunikasi Terbuka dan Jujur

Komunikasi adalah kunci utama dalam menghadapi konflik. Buka diri Anda untuk berbicara tentang perasaan Anda dengan jujur tanpa menyalahkan atau menyerang. Dengarkan dengan penuh perhatian saat pasangan Anda berbicara dan berikan respons yang sesuai.

  1. Hindari Memanasnya Suasana

Cobalah untuk tetap tenang jika konflik mulai memanas. Hindari berbicara dengan kasar atau menyakitkan. Jika diperlukan, istirahat sejenak untuk menenangkan diri sebelum melanjutkan pembicaraan.

  1. Fokus pada Isu, Bukan pada Orang

Saat berbicara tentang masalah, fokuslah pada isu yang ada di tangan daripada menyerang karakter pasangan Anda. Gunakan "saya" daripada "kamu" untuk menghindari penyalahgunaan.

  1. Berempati dan Memahami Sudut Pandang Pasangan

Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang pasangan Anda. Menggunakan empati dapat membantu Anda memahami perasaan dan perspektif mereka, bahkan jika Anda tidak sepakat.

  1. Cari Solusi Bersama

Bekerjasamalah dengan pasangan untuk menemukan solusi yang memuaskan bagi kedua belah pihak. Hindari mencari yang menang atau yang kalah dalam konflik. Yang penting adalah menemukan penyelesaian yang adil dan berkelanjutan.

  1. Berikan Ruang untuk Kesalahan dan Maaf

Semua orang tidak sempurna, dan terkadang kita membuat kesalahan. Terimalah kesalahan pasangan Anda dan bersedia memaafkan mereka ketika diperlukan. Maafkan dengan tulus dan berusaha untuk melanjutkan hubungan dengan kedewasaan.

  1. Jika Perlu, Cari Bantuan dari Luar

Pertimbangkan untuk mendapatkan bantuan dari tenaga profesional, seperti konselor atau terapis pernikahan, jika Anda dan pasangan menghadapi kesulitan menyelesaikan konflik secara mandiri. Tenaga profesional seperti ini memiliki kemampuan untuk memberikan perspektif objektif dan solusi untuk masalah Anda.

  1. Jaga Komitmen untuk Hubungan

Tetaplah berkomitmen untuk memperbaiki hubungan Anda dan terus berkomunikasi dengan baik karena konflik adalah bagian normal dari hubungan. Ingatlah bahwa mengatasi konflik bersama-sama dapat memperkuat ikatan antara Anda dan pasangan Anda.

Menghadapi konflik dalam hubungan tidak pernah mudah. Namun, Anda dan pasangan Anda dapat mengatasi setiap masalah dengan berkomunikasi secara terbuka, berempati, dan berkomitmen untuk menyelesaikan masalah bersama. Delapan cara ini diterapkan oleh Bima dan Dara seiring dengan berjalannya kehidupan pernikahan mereka yang pada akhirnya membuahkan hasil yang sangat positif bagi keluarga kecil ini. Hal yang penting adalah membangun kepercayaan, pengertian, dan cinta yang kuat satu sama lain.