Benarkah Wanita Lebih Emosonal Dibanding Pria?
benarkah-wanita-lebih-emosonal-dibanding-pria

Benarkah Wanita Lebih Emosional Dibanding Pria?

Kita sering mendengar pernyataan, “Wanita itu lebih emosional daripada laki-laki.” Memang benar, wanita cenderung lebih mudah menunjukkan perasaan mereka. Mereka tidak ragu memperlihatkan kesedihan, kemarahan, atau kebahagiaannya.


Lalu, bagaimana dengan pria? Apakah benar mereka kurang emosional, atau justru ada faktor lain yang membuat mereka lebih jarang menunjukkan perasaan? Bisa jadi, stigma dan budaya patriarki yang menanamkan keyakinan bahwa "pria tidak boleh menangis atau terlihat lemah" menjadi penghalang bagi mereka untuk menunjukkan sisi emosionalnya.


Jadi, siapa yang bisa disebut emosional? Mari kita bahas bersama dalam artikel ini


Mengapa wanita sering dianggap lebih emosional dibandingkan pria?

Pada awal abad ke-19, terdapat pandangan wanita lebih rentan mengalami gangguan psikologis yang dinamakan histeria karena memiliki uterus (rahim). Fluktuasi hormon yang terkait dengan siklus reproduksi wanita dianggap menyebabkan ketidakstabilan emosional dan meningkatkan risiko masalah perilaku. Sebaliknya, laki-laki dianggap tidak mengalami masalah emosional dan perilaku serupa karena tidak memiliki uterus. Pandangan ini juga menyebabkan wanita sering dikecualikan dari penelitian mengenai emosi dan perilaku, karena variabel hormon dianggap dapat mempengaruhi hasil penelitian.


Untuk menguji pandangan ini, dilakukanlah penelitian yang melibatkan 142 wanita dan  pria selama 75 hari. Para wanita, dengan mempertimbangkan variabel hormon, dibagi menjadi tiga kelompok yaitu satu kelompok dengan siklus reproduksi alami, sedangkan tiga kelompok lainnya menggunakan obat kontrasepsi yang berbeda-beda setidaknya selama tiga bulan. Setiap hari, baik pria maupun wanita, mengisi survei untuk menilai sejauh mana mereka merasakan 10 emosi positif dan negatif selama 24 jam terakhir



Bagaimana hasilnya? Ternyata ditemukan bahwa secara ilmiah tidak ada perbedaan signifikan antara fluktuasi emosi pria maupun wanita dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa selama ini terdapat penilaian yang salah terhadap ekspresi emosi wanita. Seorang peneliti lain yaitu Adriene Beltz, sependapat terhadap hal ini dengan mengatakan “saat seorang pria menunjukkan fluktuasi emosi ketika tim sepak bola favoritnya kalah, mereka disebut “penuh semangat, mendalami, atau bergairah”, sedangkan apabila wanita merasakan hal yang sama terhadap suatu hal, maka mereka akan disebut “berlebihan, tidak masuk akal”.


Jadi, siapa yang lebih emosional?

Sebuah studi yang dilakukan di Kanada menemukan bahwa terdapat proses yang berbeda pada otak pria dan wanita terhadap emosi negatif. Otak pria merespon emosi negatif secara lebih evaluatif, sedangkan otak wanita meresponnya dengan menunjukkan reaksi alamiah terhadap stimulusnya. Respon kimia di otak inilah yang akhirnya membuat wanita lebih mudah mengekspresikan emosinya, terutama yang negatif. Wanita lebih mudah menangis, marah, atau bahkan berteriak ketika merasakan sebuah emosi sedangkan pria meresponnya dengan pendekatan yang sifatnya lebih analitik. Mereka lebih pasif dalam mengekspresikan emosi dan lebih banyak mencoba menganalisis stimulus emosi tersebut.


Menjawab pertanyaan tentang siapa yang lebih emosional, tidak ada penelitian yang secara tegas menyatakan bahwa wanita lebih emosional daripada pria, atau sebaliknya. Yang perlu dibedakan adalah antara mengalami emosi dan mengekspresikan emosi. Penelitian yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa fluktuasi emosi pria dan wanita dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak jauh berbeda. Artinya, baik pria maupun wanita sama-sama mengalami perubahan emosi. Namun, penelitian lain menemukan bahwa cara mereka merespons dan mengekspresikan emosi bisa berbeda.

Dengan demikian, anggapan bahwa wanita lebih emosional tidak sepenuhnya benar. Perbedaan dalam ekspresi emosi ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya, yang akhirnya membentuk ekspektasi dan stereotip dalam masyarakat.




Bagaimana kita menghadapinya?

Emosi adalah aspek yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. Sangat wajar dan valid ketika kita merasakan berbagai emosi, baik itu positif maupun negatif. Ketika kita mengabaikan dan memendam emosi negatif, beban psikologis seperti kecemasan dan kemarahan yang kita bawa akan berdampak buruk bagi kehidupan kita sehari-hari, mulai dari hubungan kita dengan diri sendiri, pasangan, dan keluarga; performa kita dalam pekerjaan; hingga pada kehidupan sosial. Namun, kita juga harus tetap bijaksana dalam mengekspresikan emosi. Oleh karena itu, berikut strategi yang bisa kamu lakukan dalam menghadapi fluktuasi emosi:

  1. Rasakan dan terima

Tidak ada yang salah dengan apa yang kamu rasakan. Ketika ada hal yang membuatmu kurang nyaman, wajar jika kamu merasa sedih, kecewa, kesal, atau bahkan marah. Begitu pula ketika sesuatu membahagiakanmu, kamu berhak merayakannya tanpa rasa bersalah—kamu layak merasa senang dan bangga. Izinkan dirimu merasakan setiap emosi yang datang, tanpa menolaknya. Terimalah emosi itu sebagai bagian dari dirimu. 

  1. Analisa dan berikan nama
    Cobalah untuk memahami emosi apa yang kamu rasakan dan berilah nama. Kamu bisa melihat “roda emosi” (wheels of emotion) untuk membantu kamu memberi nama emosi tersebut. Dengan mengenali emosi secara lebih jelas, maka akan lebih mudah untuk kamu memahami dan menanganinya.

  2. Pertimbangkan reaksimu

Setelah kamu menerima dan memahami emosi yang kamu rasakan, pertimbangkanlah reaksi dan tindakan yang akan kamu keluarkan. Pikirkanlah apa yang jadi tujuan dan resiko yang dapat muncul ketika kamu mengekspresikan emosi tersebut. Apakah dengan melakukan konfrontasi tujuanmu akan tercapai? Atau cukup bersikap pasif saja agar tidak berkonflik walaupun hati tidak nyaman? Dengan melakukan pertimbangan ini, maka kamu dapat merasa lebih tenang dan menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan


Baik pria maupun wanita sama-sama mengalami fluktuasi emosi, meski cara mengekspresikannya bisa berbeda. Hal yang terpenting adalah bagaimana kita mengelola emosi tersebut agar kesehatan mental kita juga terjaga. Jika kamu merasa kesulitan dalam mengelola emosi atau ingin belajar lebih jauh, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional di Grome.id. Bersama, kita bisa menemukan strategi terbaik untuk memahami dan mengatur emosi dengan lebih sehat dan bijaksana.