Apa itu Lavender Marriage?
apa-itu-lavender-marriage

Apa itu Lavender Marriage?

Seiring berjalannya waktu, penerimaan masyarakat terhadap isu LGBT menjadi semakin luas. LGBT sendiri merupakan sebuah akronim dari “Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender" yang digunakan untuk menggantikan frasa “komunitas gay”. Akronim tersebut pun sekarang sudah berkembang menjadi LGBTQIA+ yang mewakili berbagai preferensi dan orientasi seksual. Bukan hanya mengenai pengakuan seksualitas, beberapa negara juga sudah melegalkan pernikahan sesama jenis. Tentu hal ini menjadi kabar yang baik bagi komunitas LGBT, namun di saat yang bersamaan masih banyak negara, masyarakat sosial, dan ataupun keluarga yang sulit menerima. Hal inilah yang juga menjadi awal munculnya  Lavender Marriage pada awal tahun 1900-an. Lavender Marriage berarti seorang individu dengan orientasi homoseksual dan biseksual memutuskan untuk menikahi pasangan yang lebih bisa “diterima” oleh keluarga dan masyarakat agar nama baik, karir, dan status sosial dapat terjaga serta tetap mendapatkan kebebasan untuk bisa menjalin hubungan dengan pasangan pilihannya.  


Saat ini, lavender marriage juga menjadi pilihan bagi para anak muda, khususnya Gen-Z. Mengapa demikian? Tidak dapat dipungkiri bahwa pola pikir modern dan instan yang dimiliki Gen-Z berpengaruh juga pada pandangan mereka mengenai kencan dan pernikahan. Meningkatnya harga sewa atau beli rumah, biaya pendidikan yang mahal, pajak yang tinggi, sampai gaya hidup yang semakin mewah menuntut Gen-Z bekerja lebih keras sehingga seperti tidak ada waktu untuk berkencan. Belum lagi, berita buruk mengenai pernikahan yang beredar di sosial media semakin membuat mereka menghindari hubungan romantis. Isu inilah yang membuat Gen-Z melihat lavender marriage sebagai jalan keluar yang menarik karena dengan pernikahan ini, rasanya “beban” finansial dan emosional dapat dapat terpenuhi tanpa harus menjalin hubungan romantis yang serius. Bisa dibilang, pernikahan ini bukan hanya menjadi wadah untuk menutupi orientasi seksual, melainkan untuk bekerja sama membangun kestabilan finansial atau bahkan untuk saling menjadi teman serumah agar tidak kesepian tanpa harus terikat pada komitmen hubungan. Memang pilihan ini banyak memberikan kemudahan dan keuntungan bagi kehidupan sosial maupun pribadi. Namun, apakah lavender marriage bisa menjadi pilihan yang tepat? Yuk kita bahas lebih lanjut!  




Mengapa memilih lavender marriage?

Seperti yang disebutkan sebelumnya, lavender marriage dapat memberikan banyak kemudahan dan keuntungan dalam berbagai aspek kehidupan. Setidaknya ada empat manfaat yang bisa didapatkan, yaitu: 

  1. Keamanan secara finansial

Layaknya pernikahan biasa, adanya dua sumber pemasukan dapat memberikan jaminan finansial yang lebih pasti. Pengeluaran rutin seperti cicilan rumah, asuransi, dan biaya hidup lainnya yang biasa ditanggung pribadi jadi bisa dibagi dua. Inilah yang menjadi daya tarik utama dari lavender marriage bagi Gen-Z. 

  1. Dukungan emosional

Kehadiran pasangan atau partner dapat memberikan kestabilan secara emosional. Manusia memang tidak diciptakan untuk menjalani hidup sendirian, sehingga dengan adanya teman untuk saling berbagi keluh kesah atau bahkan untuk berbagi tugas pekerjaan rumah dapat menimbulkan rasa nyaman dan tenang. Meskipun lavender marriage terlihat seperti kedok untuk menutupi orientasi seksual ataupun hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan materi, tetapi dengan adanya teman atau pasangan, keduanya bisa saling ada dan mendukung secara emosional

  1. Persepsi sosial

Masyarakat sosial, khususnya di Indonesia masih sangat menjunjung tinggi keharusan menikah. Belum lagi label yang diberikan pada orang yang belum menikah, seperti “tidak laku” atau “tidak normal” sangat tidak nyaman didengar. Lavender marriage dapat menjadi pilihan untuk mengurangi atau bahkan menghentikan asumsi serta penilaian keluarga dan masyarakat mengenai kehidupan personal seseorang

  1. Kebebasan pribadi

Bagi individu yang ada dalam komunitas LGBT, mereka tetap dapat menemui pasangan di luar pernikahannya tanpa dicurigai oleh keluarga. Tidak hanya itu, lavender marriage juga memungkinkan seseorang untuk tetap bisa memiliki “kehidupannya sendiri” tanpa harus berkompromi dan berbagi layaknya pernikahan tradisional





Hal-hal yang harus dipertimbangkan?

Dibalik keuntungan yang ditawarkan oleh lavender marriage, perlu untuk tetap mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan negatif yang berpotensi terjadi,  yaitu sebagai berikut:

  1. Kehilangan identitas

Menjalani hubungan yang tidak sesuai dengan pilihan hidup, terutama bagi anggota komunitas LGBT dapat menimbulkan hilangnya identitas akibat perasaan seperti membohongi diri sendiri, tidak otentik, dan merasa terisolasi baik dari masyarakat umum ataupun dari komunitas LGBT itu sendiri

  1. Timbulnya kecemasan

Tidak terpenuhinya kebutuhan akan keintiman yang mendalam dengan pasangan akan menciptakan perasaan kosong karena lavender marriage dapat terkesan seperti hubungan yang transaksional. Tidak hanya itu, apabila mulai tumbuh perasaan romantis dan cemburu dari salah satu ataupun kedua pihak dan tidak bisa dikomunikasikan karena kesepakatan bersama, maka akan timbul perasaan kesepian dan frustrasi

  1. Konsekuensi finansial

Meskipun keamanan finansial menjadi daya tarik utama lavender marriage, tidak bisa dipungkiri bahwa aspek yang sama dapat menjadi bumerang bagi hubungan bila tidak dikomunikasikan dengan baik dan menyeluruh. Masalah keuangan dapat menjadi sumber konflik apabila salah satu pihak terlilit hutang atau sedang mengalami kesulitan dalam pekerjaan. Tidak adanya kedekatan yang intim secara emosional akan mempersulit komunikasi dalam aspek ini

  1. Konflik yang tidak terhindarkan

Masalah umum dalam hubungan seperti komunikasi, prinsip, dan kebiasaan akan sulit untuk diperbaiki akibat tidak adanya keintiman dalam hubungan ini. Akhirnya, pasangan akan saling memendam kekesalan terhadap satu sama lain yang pada akhirnya dapat berujung pada konflik hingga perceraian.


Memilih lavender marriage adalah keputusan yang kompleks, dengan berbagai keuntungan dan tantangan yang perlu dipikirkan matang-matang. Penting untuk mendiskusikan pilihan ini secara jujur dengan pasangan atau teman, memastikan bahwa kedua belah pihak memahami konsekuensi emosional, sosial, dan finansial yang mungkin terjadi. Jika kamu masih ragu atau butuh pandangan yang lebih objektif, berkonsultasi dengan psikolog di Grome.id bisa menjadi langkah bijak untuk menemukan solusi terbaik yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadimu.